Freedom Writers, Kisah Seorang Penulis

Bagikan

Judul: Freedom Writers;

Peresensi: Qanita Zulkarnain;

Genre: Biografi, Drama, Kriminalitas;

Durasi: 122 Menit;

Sutradara:  Richard LaGravenese;

Produser: Danny deVito, Tracey Durning, Jordana Glick-Franzheim, Dan Levine, dkk;

Penulis Naskah: Richard LaGravenese diadaptasi dari “The Freedom Writers Diary”;

Rumah Produksi: MTV Films, Jersey Films, 2S Films;

Distribusi: Paramount Pictures;

Tanggal Rilis: 5 Januari 2007;

Negara: Amerika Serikat;

Bahasa Film: Bahasa Inggris;

Penghargaan: 2 Kali Menang dan 1 Kali Nominasi.

Film yang diangkat dari kisah nyata ini memiliki latar tempat di sebuah sekolah menengah di Long Beach, California. Erin Gruwell (diperankan oleh Hilary Swank) adalah seorang guru baru di Woodrow Wilson High School yang mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris Dasar di Ruang 203. Seperti yang terjadi di abad-abad sebelumnya bahkan sampai sekarang, diskriminasi dan rasisme menjadi salah satu isu yang tak pernah menemui akhir masalah. Mengambil latar tahun akhir abad ke-19, Long Beach digambarkan sebagai daerah yang penduduknya kaya akan ras namun miskin akan kedamaian. Setiap kelompok tertentu menyerang kelompok tertentu yang dianggap tidak sesuku atau sebangsa.

Belum lagi jika ditinjau dari masalah kepemilikan senjata yang menjadi penyebab utama tingginya kriminalitas di Amerika Serikat yang bahkan sampai hari ini masih menjadi topik kontroversial mulai dari kalangan petinggi negara sampai rakyat jelata. Situasi sosial yang kacau balau inilah yang mengundang minat seorang Erin Gruwell untuk menjadi guru di sekolah menengah yang menerapkan program integrasi. Program integrasi ini sendiri adalah program pemerintah yang lebih dikenal sebagai desegregations of school ini menenkankan pada kurikulum multietnis demi menekan isu rasisme di kalangan pelajar.

Perjuangan Gruwell mengajar di kelas 203 terbilang tidaklah mudah mengingat kelas tersebut memiliki reputasi yang buruk dimana mayoritas dari anggota kelas adalah pelaku kriminal dan anggota geng—beberapa dari mereka bahkan harus memakai semacam detektor agar dapat terus diawasi lembaga berwajib. Kelas 203 ini sendiri kurang lebih adalah potret kehidupan kelam minoritas di Amerika Serikat kala itu; direndahkan, cenderung melawan dan dilawan hukum, serta hidup dalam pengalaman-pengalaman traumatis. Gruwell yang notabene adalah wanita berkulit putih—ras yang berkuasa di Amerika Serikat kala itu—diabaikan dan tidak disenangi murid-muridnya di pertemuan pertama.

Selain karena anggota kelas yang tidak kooperatif di pertemuan pertama, Gruwell menemukan banyak masalah seperti kurangnya dukungan dari segi finansial dan kejiwaan dalam menunjang kemampuan anggota kelas 203. Belum lagi masalah pribadi Gruwell dengan Ayahnya yang ia gambarkan sebagai Atticus Finch (tokoh dalam buku To Kill a Mockingbird, pejuang hak seorang kulit hitam) saat ia masih kecil, juga dengan suaminya yang akhirnya berujung pada perceraian.

Gruwell digambarkan sebagai tipe guru idealis dengan banyak harapan dalam dirinya, yang harapan-harapan tersebutlah nantinya yang akan menggugah murid-muridnya. Tidak hanya mendapat simpati dari murid-murid kelas 203 dalam proses belajar mengajar yang akhirnya meningkatkan nilai murid-muridnya, Gruwell bahkan menciptakan rumah bagi seluruh anggota kelas dengan suasana kekeluargaan antar ras dan kepentingan. Pada akhirnya, berkat kerja keras Gruwell dan tekad murid-muridnya untuk mencapai perubahan dalam hidup, Gruwell dan murid-muridnya menerbitkan sebuah buku yang berisi kisah hidup murid-muridnya yang telah mengambil cahaya dan keluar dari kegelapan. Buku inilah yang diberi judul “The Freedom Writers Diary”.

Film ini mengajarkan banyak hal mengenai pembelajaran tentang memanusiakan manusia, dimana kaum minoritas sudah selayaknya juga harus diperlakukan dan memperlakukan manusia dengan tidak melampaui hak-hak tertentu, seperti hak hidup misalnya. Juga permasalahan sosial mendasar seperti rasisme, yang bahkan sampai sekarang masih berusaha diperangi sampai ke akarnya. Selain itu, juga ada pembelajaran tersirat mengenai sistem belajar mengajar yang efektif serta dedikasi dan pengorbanan seorang guru. Dari film ini juga kita dapat mempelajari sejarah pendidikan dan lingkungan sosial di Amerika Serikat, khususnya di Long Beach, California pada akhir abad 19.

Film ini juga memuat banyak referensi literatur mengenai isu sosial dalam rangka mewujudkan usaha Gruwell seperti Diary of Anna Frank yang menggambarkan kekejaman Nazi kala itu, dan sebagainya. Walaupun film ini memiliki banyak pembelajaran tentang berbagai hal, film ini saya rasa kurang pantas disajikan kepada anak-anak dibawah umur mengingat adanya beberapa adegan kekerasan yang digambarkan secara gamblang.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.