Wisuda Ke-79: Sebuah Perjalanan Awal yang Penuh Tantangan

Bagikan

“Wisuda; suatu tanda dinobatkannya seorang mahasiswa, tanda telah menyelesaikan satu jenjang pendidikan tinggi, apakah ada korelasi antara gelar dengan amalan? Semoga saja iya. Dan semoga saja wisudawan UIN Sunan Ampel Surabaya mampu berguna bagi masyarakat di sekitarnya”

alamtarapersma.com – Minggu (14/05) telah digelar acara wisuda ke-79 tepatnya di gedung Sport Center UIN Sunan Ampel Surabaya, dengan pengawasan ketat dari pihak Resimen Mahasiswa (MENWA) UIN Sunan Ampel Surabaya, puncak acara kelulusan mahasiswa kali ini dapat terselenggara dengan baik dan teratur. Dari pihak pers selaku informan masyarakat kampus pun dibatasi hanya dua wartawan per-lembaga saja yang diperbolehkan memasuki gedung untuk melakukan peliputan. Acara berakhir tepat pukul 13.00 WIB. Dalam wisuda kali ini Fakultas Psikologi dan Kesehatan meluluskan tujuh mahasiswa, lima mahasiswa dari angkatan 2013 dan dua mahasiswa dari angkatan 2012.

Meski  jumlah wisudawan dari Fakultas Psikologi dan Kesehatan terbilang minim, semangat dan daya juang untuk menyelesaikan skripsi lebih cepat tidak kalah saing dengan fakultas lain. Lebih-lebih mereka yang dari angkatan 2013 sanggup menyelesaikan studi mereka dalam waktu 3 tahun 8 bulan, kurang dari 4 tahun. Rencananya, mulai dari angkatan 2014 mendatang, mahasiswa prodi psikologi sudah dirancang sedemikian rupa oleh pihak akademik untuk bisa menyelesaikan studi mereka selama 3,5 tahun saja. Tujuan dari sistem ini ialah untuk meluluskan para cendekiawan Fakultas Psikologi dan Kesehatan dengan kualitas yang sama baiknya namun tentunya dengan durasi waktu yang lebih cepat.

Dalam wisuda ke-79 ini hanya satu laki-laki yang menjadi wisudawan dari Fakultas Psikologi dan Kesehatan. Biasa dipanggil Dhika oleh teman-temannya, ia juga sosok yang aktif berorganisasi. Meskipun begitu, hal tersebut tidak menghalanginya untuk lulus lebih cepat. Dari angkatan yang sama, salah seorang wisudawati yang akrab disapa Aisyah meraih predikat lulusan terbaik di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dengan IPK 3,70. Ia mengaku sangat bangga dan oleh pihak kampus diapresiasi dengan diberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi namun tidak diambil karena keterbatasan jurusan yang tersedia. Untuk UIN Sunan Ampel Surabaya sendiri, belum ada jurusan Psikologi di jenjang Strata Dua (S2). “Sebenernya tadi wisudawan terbaiknya dapet beasiswa tuh, kalo ingin nerusin S2 dapat bantuan untuk empat tahun tapi kebetulan di universitas kita sendiri gaada jurusan psikologi jadi sementara mau cari kerja dulu,” Ujar mahasiswi yang mengambil konsentrasi Psikologi Industri dan Organisasi ini.

Walaupun hanya segelintir mahasiswa di angkatannya yang dapat menyelesaikan studi kurang dari empat tahun, Dhika tetap merasa bahwa lulus sebelum empat tahun bukan hal yang sulit dengan menaati sistem perkuliahan dan berkelakuan baik. “Gak terlalu rumit sih (lulus sebelum empat tahun, red), pokoknya kuliah jangan sampe ada perbaikan, TOEFL aman, dan TOAFL aman, terus jangan sampe ada permasalahan selama perkuliahan,” ungkap mahasiswa yang mengikuti UKM MuGi (Musik Psikologi) tersebut.

 Namun bukan itu esensi dari sebuah gelar sebagai tanda selesainya masa studi tiap mahasiswa. Lebih dari sekedar ritual wisuda, foto-foto, dan berbagi kebahagiaan yang terkasih. Esensi sesungguhnya dari sebuah kelulusan adalah kebermanfaatan ilmu dan amanah dalam pengamalan apa-apa saja yang telah dipelajari tentunya. Bagaimana kontribusi yang sudah kita berikan pada almamater tentunya juga menjadi salah-satu sumbangsih penting dalam sebuah gelar, apa yang telah kita perbuat untuk lingkungan dan sekitar, dan apakah kita sudah cukup mumpuni untuk dibilang orang-orang akademisi. “Makna kelulusan sih bukan untuk bergembira terlalu berlebihan  sih, terkait kelulusan ini sebenernya gerbang awal untuk menuju dunia pekerjaan yang sesungguhnya,” tambah mahasiswa asal Sidoarjo itu.

Mengamini kelulusan merupakan awal yang besar, Aisyah menambahkan, menurutnya nilai bukan segalanya. Saat lulus, baru akan teruji semua keilmuan yang dimiliki. “Pastinya kalau nilai itu, IPK itu bukan segalanya, menurutku ya. Yang penting kita lulus dulu terus kita menghadapi bagaimana kehidupan di luar setelah lulus. Pasti itu lebih berat dari kuliah,” Ujar gadis asal Jombang ini. (cc, oni)

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.