Badut Liar Pembobol Keamanan

Bagikan

Judul : Who Am I: No System Is Safe

Peresensi : Safira Kusnaini

Produksi : Wiedmann &Berg Film, Seven Pictures, Deutsche Columbia Pictures Film Production

Tahun : 2014

Durasi : 105 menit

Negara : Jerman

Bahasa : Jerman, Inggris

Who Am I: No System Is Safe adalah sebuah film bergenre techno-thriller yang disutradarai  Baran bo Odar. Film ini bercerita tentang sebuah kelompok peretas komputer dari Jerman yang ingin terkenal dan mendapat pengakuan dari seluruh dunia berkat keahliannya meretas sebuah sistem. Dengan sebuah konsep rekayasa sosial (social engineering) kelompok peretas itupun menjadi “teroris” peretas komputer yang paling berbahaya karena berhasil mengalahkan FRI3NDS, sebuah kelompok peretas yang bergabung dengan Mafia Cyber Rusia, dan mengungkap identitas MRX yang merupakan hacker terkenal di kalangan Darknet (sebuah “tempat” berkumpulnya para hacker).

Diawali dengan seorang pria, Benjamin Engel (Tom Schilling), yang sedang duduk dan siap untuk diinterogasi oleh seorang wanita, Hanne (Trine Dyrholm) seorang Kepala Divisi Cyber di  European Police Office (Europol) yang sedang menyelidiki kasus peretasan yang dilakukan oleh FRI3NDS dan MRX. Sebelum ditanya-tanya oleh Hanne, Benjamin meminta pada Hanne untuk mendengarkan ceritanya dari awal hingga ia sampai di titik sekarang. Hanne pun mengabulkan permintaan Benjamin.

Benjamin memulai ceritanya ketika masih anak-anak. Pada saat itu ia merupakan sosok yang pendiam dan kurang percaya diri. Oleh sebab itu, ia dikucilkan oleh teman-temannya, dianggap aneh dan bahkan seolah kehadirannya tidak dianggap dan tak terlihat. Sejak kecil Benjamin ditinggal oleh ayahnya, sedangkan ibunya meninggal bunuh diri ketika ia berusia 8 tahun. Ia pun diasuh oleh neneknya.

Sosok Benjamin sangat mengidolakan tokoh pahlawan super seperti Superman, Spiderman dan sebagainya. Dengan fakta bahwa ia tidak memiliki orang tua dan tokoh-tokoh idolanya juga menjadi yatim piatu sejak kecil membuat Benjamin ingin menjadi seorang manusia super, yakni dengan menjadi sosok yang tidak terlihat. Ia pun tertarik dengan dunia hacking dan mulai belajar tentang bahasa pemrograman ketika usianya 14 tahun. Kemudian ia masuk ke dalam lingkungan Darknet dan Benjamin pun merasa hidup di dunia maya. Di sini, Benjamin bertemu MRX, sosok terkenal di dunia internet yang identitasnya tidak diketahui dan sekaligus menjadi panutan Benjamin karena kecanggihannya yang dapat meretas sistem apapun.

Saat beranjak remaja ia menjadi kurir pengantar makanan siap saji. Suatu ketika ia mengantarkan pesanan ke sebuah universitas. Di sana ia bertemu dengan teman masa kecilnya sekaligus perempuan yang ia suka sejak masa sekolah dasar yang  bernama Marie. Seolah memang ditakdirkan untuk bertemu kembali, Marie pun meminta bantuan Benjamin untuk mencuri soal ujian. Dengan cita-citanya yang ingin menjadi superhero, ia pun memutuskan untuk membantu Marie dan berusaha meretas sistem di kampus Marie. Sialnya, Benjamin ketahuan oleh seorang penjaga kampus yang sedang berkeliling.

Ketika melaksanakan pelayanan masyarakat sebagai hukumannya, ia bertemu dengan Max (Elyas M’Barek), sesama hacker. Benjamin bercerita pada Hanne, bahwa Max merupakan kebalikannya. Max memiliki sifat yang percaya diri dan berkarisma. Lalu, Max mengajaknya bergabung dengan teman-teman sesama hacker yang lainnya, Paul dan Stephan. Max memberitahu Benjamin bahwa konsep dari sebuah peretasan adalah dengan rekayasa sosial. Mereka pun akhirnya membentuk sebuah grup yang disebut CLAY, singkatan dari Clowns Laughing At You (Badut menertawaimu).

CLAY berhasil memukau seluruh jagad dunia maya. Meskipun begitu, kesuksesan mereka tidak serta-merta membuat MRX tertarik dengan CLAY. Tidak kehilangan cara, Benjamin memiliki ide, bagaimana jika mereka meretas sebuah Pusat Badan Intelejen Jerman (BND). Tidak hanya menyerang server internal BND saja, Benjamin juga secara diam-diam memberikan data rahasia milik BND kepada MRX. Di dalam data tersebut terdapat data Krypton (nama samaran) salah satu dari empat anggota FRI3ENDS, hal ini berarti bahwa Krypton merupakan agen mata-mata untuk mengawasi pergerakan FRI3NDS dan MRX. Krypton pun akirnya ditemukan tewas terbunuh.

Setelah terbunuhnya Krypton, satu-satunya yang paling dicurigai adalah CLAY. Benjamin kemudian meminta bantuan MRX untuk membersihkan namanya, dan MRX menyarankan untuk meretas sistem di Europol dengan imbalan akan memberitahu identitas MRX.

Meskipun CLAY berhasil masuk ke gedung Europol, sayangnya ia tidak berhasil mendapatkan identitas MRX. Ia pun memutuskan untuk menyerahkan diri kepada pihak Europol dan ia hanya mau berbicara dengan Hanne. Benjamin bercerita, setelah gagal mengungkap identitas MRX, ia menemukan ketiga temannya tergeletak bersimbah darah akibat luka tembak di sebuah kamar hotel. Awalnya Hanne meragukan apa yang diceritakan oleh Benjamin, namun setelah Benjamin menyebutkan seluruh identitas Hanne, ia pun mempercayainya. Bahkan Benjamin memberikan tiga biji peluru yang telah digunakan untuk membunuh ketiga temannya sebagai barang buktinya.

Hanne pun meminta bantuan Benjamin untuk mengungkap siapa sosok dibalik FRI3NDS dan MRX serta memberikan Benjamin perlindungan saksi sebagai balasan jika berhasil menangkap mereka. Tiba-tiba Hanne merasa curiga, ia pun menyelidiki latar belakang kehidupan Benjamin dan ditemukan bahwa ibu Benjamin memiliki penyakit kejiwaan yang berpotensi menurun pada anaknya. Pada akhirnya, Benjamin gagal mendapat perlindungan saksi karena ia dianggap memiliki penyakit kejiwaan. Meskipun begitu, Hanne memutuskan untuk tetap memberikannya perlindungan saksi. Hanne pun membiarkan Benjamin pergi dan mengembalikannya sebagaimana ia ingin menjadi sosok yang tak terlihat.

Pada scene selanjutnya, terdapat Benjamin dengan penampilan baru berdiri di atas kapal menatap ke arah laut lepas dan kemudian menunjukkan kilas balik masa lalunya. Benjamin memasuki kamar hotel dan menemui ketiga temannya. Di sana terdapat Marie yang menjelaskan bahwa seorang yang mengidap gangguan jiwa tidak akan dapat perlindungan saksi. Para anggota CLAY bersama dengan Marie membuat skenario sebelum Benjamin pergi menyerahkan diri pada Hanne. Scene pun kembali pada Benjamin yang berpenampilan baru. Max, Stephan, Paul dan Marie datang menghampirinya. Benjamin pun menganggap bahwa aksinya itu merupakan sebuah peretasan rekayasa sosial yang paling hebat.

Secara keseluruhan film ini memiliki ide cerita yang menarik dan tidak biasa. Selain itu, film ini juga memberikan visualisasi yang bagus ketika menceritakan interaksi di dunia maya. Tidak heran jika film ini mendapat tiga penghargaan dari German Movie Awards dan mendapatkan predikat Film Jerman Terbaik dari The Bambi Awards. Karena dalam film ini terdapat konten-konten eksplisit, maka film ini tidak dianjurkan untuk penonton yang berusia dibawah 18 tahun. Dengan menonton film ini kita dapat mengetahui bahwa secanggih apapun sebuah sistem tidak ada yang benar-benar aman seratus persen, oleh sebab itu kita wajib waspada terhadap serangan peretas yang dapat menyerang siapapun tanpa memandang latar belakang. (saf)

https://www.youtube.com/watch?v=5vnjheCqRIs
Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.