Perjalanan Lintas Semesta dalam Menemukan Makna

Bagikan

Judul Buku : Semua Ikan di Langit

Pengarang : Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Peresensi : Qanita Zulkarnain

Penerbit : Grasindo

Tahun Cetak : 2017

Jumlah Halaman : 259 halaman

ISBN : 9786023758067

“…Ah, ikan-ikan. Kalian kenapa tumben-tumbennya tampak terburu-buru seperti ini? Bukankah biasanya kita semua melayang tanpa tujuan dan tanpa ketergesaan di angkasa sana?”
– Halaman 4.

Semua Ikan di Langit merupakan pemenang pertama Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2016 yang akhirnya diterbitkan sebagai buku untuk pertama kalinya pada Februari 2017.  Naskah novel ini, seperti yang disebutkan dalam testimoni novel di sampul belakang buku, disebutkan memiliki “perbedaan mutu yang tajam antara Pemenang Pertama dan naskah-naskah lainnya, membuat dewan juri tidak memilih pemenang-pemenang di bawahnya,” oleh Laporan Pertanggungjawaban Dewan Juri Sayembara Novel DKJ 2016.

Seperti nama pengarangnya, teks novel yang dikarang Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie juga menyajikan atmosfer yang mampu menghadirkan warna berbeda bagi suasana hati dan pikiran pembacanya. Melalui bahasa yang tidak mengharuskan pembaca membolak-balik kamus atau ensiklopedi, Ziggy mengisahkan petualangan antar dimensi yang penuh dengan pertanyaan mendasar mengenai banyak hal.

Pemeran utama dalam buku ini adalah sebuah bus dalam kota – Damri – trayek Dipatiukur-Leuwipanjang, seorang anak kecil bermantel kebesaran yang selalu dikelilingi ikan julung-julung, dan seekor kecoa cerdas asal Rusia bernama Nad. Paralel dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang ada, petualangan yang disajikan melalui sudut pandang orang pertama yang memaparkan narasi pikiran dan perasaan Bus ini dapat dikatakan mengandung humor.

“…Ah, manusia memang kebanyakan kaget. Itu karena mereka punya terlalu banyak perkiraan. Jadi, kalau perkiraannya salah, kagetlah mereka. Tapi, saya tidak. Saya cuma bus dalam kota biasa yang tidak punya perkiraan apa-apa tentang apa-apa.”
– Halaman 35.

Sosok Bus sebagai pemeran utama digambarkan sebagai tokoh yang polos, memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan kritis. Bus yang awalnya hanya berputar-putar disekitar Bandung ini pada suatu malam dihampiri oleh ikan julung-julung dan dibawa terbang melintasi ruang dan waktu, menemui anak kecil bermantel besar yang pada keseluruhan buku dipanggil ‘Beliau’ oleh Bus. Tokoh Beliau sendiri disebutkan tidak memiliki nama pasti – Beliau memiliki banyak nama dan tanpa nama sekaligus. Beliau inilah yang menjadi fokus objek narasi pemikiran Bus sepanjang perjalanan yang terkisah.

Dalam buku yang jumlah halamannya mencapai tiga digit ini, Ziggy menggambarkan banyak kemungkinan tanpa keberpihakan dalam perjalanan memahami kehidupan, sebelum kehidupan, dan setelah kehidupan. Termasuk pula di dalamnya mengenai kebaikan dan keburukan, relativitas dan kemutlakan, kasih dan sayang, pencarian dan kehilangan, perjuangan dan kekalahan, serta persepsi dan keyakinan.

“…Tapi, saya diam saja. Nad sudah cukup tahu perasaan saya terhadap Beliau; tidak ada gunanya lagi saya jelaskan. Kepercayaan tidak bisa dijelaskan, juga tidak bisa dipaksakan. Bahkan, bus dalam kota seperti saya pun paham hal itu.”
– Halaman 166.

Seperti yang terlintas dalam benak saat membayangkan “perjalanan antar dimensi”, tentu saja cerita ini memiliki banyak latar tempat dengan alur waktu yang acak (dan sedikit kabur, karena tokoh Bus tidak mengenal tahun sehingga mengandalkan Nad sebagai informan dimensi waktu). Walaupun deskripsi Ziggy cukup menggambarkan alur yang ada, kata demi kata yang tertulis dalam buku juga dilengkapi oleh beberapa ilustrasi berwarna yang merupakan karya dari sang penulis. Pembaca benar-benar akan memasuki semesta yang berbeda saat tenggelam dalam halaman-halaman buku ini.

Dengan analogi sederhana yang tertuang bersama imajinasi seorang Ziggy, buku ini sangat disarankan bagi siapa saja yang ingin membuka mata dan pikiran dalam menemukan kemungkinan-kemungkinan akan makna.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.