Trend Rokok yang Merajalela
Rokok sekarang merajalela di Indonesia. Bukan hanya di kalangan atas saja, tetapi dari lapisan ekonomi terbawah ikut mengkonsumsinya. Dari yang tertua hingga yang termiris saat ini sedang maraknya di kalangan anak muda. Merokok bukan hanya membahayakan yang aktif saja tetapi yang pasif juga ikut terkena imbasnya. Asap rokok yang dihirup perokok pasif lebih berbahaya dibandingkan perokok aktif itu sendiri. Peringatan yang telah dicantumkan di bungkusnya tidak pernah digubris oleh para pecandu ini, “Rokok membunuhmu,” sudah jelas dengan peringatan tersebut, bukan hanya sekedar kalimat tetapi mempunyai pesan yang sangat dalam. Pemerintah pun sudah memberikan gambar mengerikan di depan bungkus rokok tersebut. Bukannya semakin dijauhkan tetapi semakin didekatkan.
Macam-macam kandungan pada rokok memang sangat berbahaya, seperti nikotin, tar, cadmium, metanol, dll. Kadungan nikotin ini membuat si perokok merasa rileks, zat ini menjadikan perokok kecanduan, cadmium adalah zat yang mengandung sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif. Sedangkan tar memiliki 4000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia di antaranya bersifat karsinogenik dan arsenik untuk racun tikus yang menimbulkan berbagai macam penyakit yakni, tumor, TBC, kanker saluran paru-paru, kardiovaskuler, alat reproduksi, yang dampaknya berjangka panjang.
Menurut riset 51,1% rakyat Indonesia adalah perokok aktif, tertinggi di ASEAN dan sangat jauh bedanya dengan negara-negara tetangga, misalnya: Brunei Darusallam 0,06% dan Kamboja 1,15%. Pada tahun 2013, 43,8% perokok berasal dari golongan lemah; 37,7% perokok hanya memiliki ijazah SD; petani, nelayan dan buruh mencakup 44,5% perokok aktif. Sedangkan 33,4% perokok aktif berusia di antara 30 hingga 34 tahun. Bagusnya hanya 1,1% perempuan Indonesia adalah perokok aktif, walaupun tentunya perokok pasif akan lebih banyak.
Dan tidak ketinggalan remaja jaman sekarang sangat menggemari mengkonsumsi rokok ini. Mereka menganggap rokok adalah hal yang harus dilakukan untuk menjadi anggota geng. Kalau kata mereka, “Gak ngerokok, gak gaul, gak ngerokok banci!” Begitulah wajah anak muda Indonesia saat ini. Yang lebih ditakuti, setiap tahunnya persentase perokok di Indonesia makin meningkat, dan yang termasuk di dalamnya yaitu anak remaja ini.
Menurut data terbaru Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014, 18,3% pelajar Indonesia sudah punya kebiasaan merokok, dengan 33,9% berjenis laki-laki dan 2,5% perempuan. GYTS 2014 dilakukan pada pelajar tingkat SLTP berusia 13-15 tahun. Data perokok rata-rata masyarakat Indonesia (usia 15 tahun ke atas) adalah sekitar 30%, artinya dengan bertambahnya umur maka persentase perokoknya terus meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir separuh (47,2%) pelajar perokok Indonesia ternyata sudah dalam status adiksi, atau ketagihan. Hal ini ditunjukkan dengan mereka biasanya sudah ingin merokok pada saat pertama bangun tidur. Di sisi lain, hampir semua perokok pelajar yang diteliti GYTS 2014 (88,2%) sebenarnya ingin berhenti merokok, walaupun hanya seperempatnya (24%) yang pernah menerima bantuan program atau profesional untuk berhenti merokok. Hampir semua pelajar pada penelitian ini setuju pelarangan merokok di dalam ruangan di tempat umum (89,4%), dan 80,9% juga setuju pelarangan merokok di luar ruang.
Dari fenomena di atas bisa kita simpulkan bahwa wabah rokok semakin merajalela. Tidak memandang bulu. Yang lebih berbahaya adalah trennya rokok di kalangan remaja saat ini. Sebagai orang tua, lebih ditingkatkan lagi penjagaan terhadap anak-anaknya. Berikan sosialisasi bahaya rokok bagi kesehatan mereka. (Orc)