Bedah Film Asimetris: Isyarat Membangkitkan Gerakan Mahasiswa

alamtarapersma.com – Problem yang menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia masih begitu runyam dan komprehensif. Dari berbagai dimensi perlu diperhatikan, apalagi diberi pembenahan yang optimal agar siklus berkehidupan masyarakat berjalan dengan ideal, salah satu yang muncul kontemporer adalah kasus yang terlanjur menjadi fenomena pada berbagai pulau di Indonesia, yaitu kebakaran lahan dan kabut asap kelapa sawit yang terjadi di Kalimantan, Sumatra, Papua dan Sulawesi, dikemas dalam film dokumenter berjudul A-Simetris menjadi diskusi menarik minggu-minggu ini. Kompleksitas persoalannya tidak hanya pada kebakaran lahan dan kabut asapnya saja, melainkan merambah ke berbagai dimensi kehidupan, sesuai perkembangan zaman yang semakin digiring menuju pola hidup modern dan konsumtif ini.
Di samping itu, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Perempuan Nahdlatul Ulama (IPPNU), Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) Daulat Hijau, dan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas, secara kooperatif mengadakan Istighosah, Nonton Bareng (Nobar), dan Diskusi film dokumenter A-Simetris, diselenggarakan di Gedung Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya, pada Rabu, 28 Maret 2018, dimulai pukul 18.00 WIB. Mendatangkan narasumber, seorang pemantik diskusi Haidar Adam selaku Dosen Fakultas Hukum (FH), Universitas Airlangga (Unair) Surabaya & Human Rights Law Studies (HRLS) beserta Wahyu Eka yang merupakan Kader Ikatan FNKSDA Surabaya.
Kegiatan tersebut dikemas sarasehan, dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Yaa Lal Wathan sebagai lagu wajib Nahdlatul Ulama (NU). Kesempatan selanjutnya oleh Ruri Fahrudin yang menjabat sebagai Ketua IPNU UIN Sunan Ampel Surabaya periode 2017-2018 memberi sambutan kepada peserta yang hadir, dilanjutkan dengan kegiatan Istighosah bersama. Sekitar 30 menit kemudian, masuk pada acara utama, Nobar film dokumenter A-Simetris didukung dengan peredupan seluruh lampu Ruang Utama Gedung Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya bersama suguhan satu projector screen di panggung menambah fokus dan antusias para peserta Nobar film dokumenter A-Simetris pada malam itu.
Berdurasi sekitar 90 menit, A-Simetris menampilkan adegan komedi ringan di awal pemutarannya. Hingga masuk pada 10 menit berikutnya, pemutaran film tersebut mulai membahas kasus kebakaran lahan dan kabut asap yang terjadi pada beberapa pulau di Indonesia, meliputi Kalimantan, Sumatra, Papua dan Sulawesi. Selanjutnya, film dokumenter itu menjelaskan kelebihan dan kegunaan dari kelapa sawit, di antaranya untuk minyak goreng dan berbagai bahan tambahan sembako lainnya, sebagai bahan tambahan produk seperti shampoo, pelumas mesin kendaraan bermotor, Bahan Bakar Minyak (BBM), serta digunakan untuk pembangkit listrik warga yang tinggal di daerah pedalaman pulau itu.
Berikutnya, A-Simetris masuk ke bahasan yang lebih dalam dan getir, seperti faktor-faktor yang menyebabkan kebakaran hutan dan kabut asap, banyak masuk pada kepentingan industri, pertanian, ekonomi, pendidikan, budaya, serta menjurus bidang kebijakan atau hukum. Berbagai kondisi hidup petani-petani kelapa sawit juga dipaparkan, upah petani yang bergitu kurang, sehingga kondisi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja kesusahan, perlawanan demi perlawanan penduduk bersama suku daerah sekitar untuk menghadapi penindasan, kapitalis, dominasi lahan kelapa sawit juga turut diperbincangkan pada rekaman-rekaman film A-Simetris yang sedang viral itu.
Setelah selesai diputar, giliran sesi diskusi, bedah film dan bincang santai mengenai A-Simetris. Mulai dari paparan Haidar Adam, Dosen FH, Unair Surabaya mengatakan ada dua perspektif yang bisa digunakan saat mengamati film dokumenter yang baru saja diputar itu, pertama, melalui perspektif konstitusional, sedangkan kedua, dengan perspektif gerakan mahasiswa, “Sebelumnya kita harus paham dulu, apakah konstitusi? Serta bagaimana hak dan kewajiban kita,” tutur lelaki yang mengenakan busana batik berdominasi warna hijau tua dan putih.
Yang membuat Haidar tertarik, dimensi tradisi masyarakatnya bisa digunakan sebagai perlawanan penindasan karena memiliki penghormatan besar terhadap alam, “Yang menjadi poin bagus adalah, adanya perlawanan alternatif dari masyarakat melalui tradisi,” jelasnya melanjutkan paparan sebelumnya.
Haidar, Dosen FH, Unair Surabaya itu pun masuk pada pembahasan gerakan mahasiswa yang tertidur lelap akhir-akhir ini, “Film dokumenter tersebut, yang banyak diputar di beberapa perguruan tinggi dan dipenuhi oleh pemuda, secara tidak langsung memberikan kode kepada kita, untuk membangkitkan kembali gerakan mahasiswa di tengah kenyamanan teknologi dan terbelenggunya dari birokrasi,” pungkasnya sekaligus memberi penekanan penting.
Bedah film dokumenter A-Simetris dilanjutkan Wahyu Eka, Kader IFNKSDA, membahas secara komprehensif dari berbagai disiplin keilmuan, serta mengutip juga kasus-kasus serupa yang terjadi di tempat lainnya, Wahyu tidak lupa menyematkan sejarah Rasulullah Saw. yang berkaitan dengan topik pembahasan, dan sekian sejarah Indonesia yang pernah terjadi sebelumnya.
Dimensi ekonomi dan Industri juga tidak luput dari penilikan Wahyu dalam membedah A-Simetris, “Kenapa kebutuhan kelapa sawit meningkat? Karena kita sudah bersikap konsumtif dan bergantung pada berbagai produk sehari-hari. Karena tingginya kebutuhan kita terhadap produk, sekian produk tersebut juga membutuhkan bahan kelapa sawit, sehingga permintaan kelapa sawit pun semakin meningkat, yang akibatnya berpengaruh kepada industri dan kehidupan petani kelapa sawit,” jelas Wahyu Eka panjang-lebar.
Wahyu memberikan tuturan mengenai penindasan yang disusun begitu halus kepada masyarakat atau petani-petani kelapa sawit, “Kita juga dapat melihat, ada semacam penindasan terstruktur, sistematis, yang bersifat proletarisme, turut terjadi. Ketergantungan petani terhadap pihak lain, merupakan awal terjadinya penindasan tersebut,” pungkas lelaki berbaju gelap dan berpeci itu.
Setelah pembedahan film yang dilakukan kedua narasumber, berikutnya masuk pada sesi tanya-jawab. Kegiatan Istighosah, Nobar dan Diskusi film dokumenter A-Simetris malam itu dihadiri mahasiswa lintas jurusan, fakultas dan perguruan tinggi. Kegiatan ditutup pada pukul 22.30 WIB, waktu tidak terasa berjalan demikian malam, satu demi satu peserta mulai beranjak dari lokasi. (Rag)