PEMIRA 2019, di Mata Mahasiswa FPK

Processed with VSCO with preset

Bagikan

Kemarin (18/01) Pemilihan Umum Raya (Pemira) Fakultas Psikologi Dan Kesehatan (FPK) UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) resmi dilaksanakan di Meeting Room Lt.2 Gedung Rektorat Lama. Agenda pencoblosan dimulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Berbeda dari sebelumnya, dalam Pemira 2019 tidak semua mahasiswa aktif FPK UINSA dapat menggunakan hak pilihnya. Hanya terdapat hak pilih dua suara dari setiap masing-masing kelas. Bukan tanpa alasan hal ini terjadi, keputusan mendadak dari pihak rektorat yang akhirnya membuat Wakil Dekan III Bagian Kemahasiswaan FPK UINSA, Mochammad Irfan Hadi, Ketua Senat Mahasiswa Fakultas (SEMA-F) tahun 2018 selaku penanggung jawab pelaksanaan Pemira 2019, Ismail, dan ketua Kopurwa 2019, Yunggar, merundingkan jalan terbaik untuk melakukan pemungutan suara yang tetap sah meskipun Pemira FPK dilaksanakan pada saat liburan.

Hal ini dibenarkan dengan pernyataan salah satu mahasiswa FPK UINSA, Wahyu Nisa yang mengatakan bahwa memang benar adanya hanya diberikan dua suara sebagai perwakilan setiap kelas. Tidak ada ketentuan khusus untuk menjadi perwakilan kelas yang akan memilih, “Kan ini sudah masuk liburan, ya, mbak, sudah pada pulang kampung, liburan gitu. Jadi, kesepakatan kelas itu yang lagi di Surabaya saja.” Dalam menggunakan hak pilihnya, Wahyu Nisa mengatakan bahwa ia menggunakan suara pribadinya dalam memilih tanpa melalui diskusi dengan forum kelas. Begitu juga yang dilakukan oleh Anisa Rahmadhani, mahasiswa FPK UINSA lainnya yang juga mengaku menggunakan suara pribadinya dalam menggunakan hak pilihnya.

Prosedur yang digunakan oleh Komisioner Pemilihan Umum Raya Mahasiswa (KOPURWA) untuk dapat memilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS) dilakukan dengan cara mengisi absensi serta tanda tangan terlebih dahulu, lalu dapat memilih langsung dalam bilik yang telah disediakan. Setelah memilih, sebagai simbolis pemilih akan diberikan tinta di jarinya yang menunjukkan bahwa mereka telah menggunakan hak pilihnya dalam pencoblosan Pemira FPK 2019.

Adapun tujuan diadakannya Pemira kali ini adalah untuk memilih Ketua dan Wakil Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (DEMA-F) juga ketua Senat Mahasiswa Fakultas (SEMA-F) periode 2019. Tentunya visi dan misi tidak dapat dipisahkan dari masing-masing pasangan calon (Paslon). Akan tetapi tidak semua mahasiswa psikologi mengetahui dan paham dengan visi dan misi masing-masing paslon. Seperti yang dipaparkan oleh Anisa  Rahmadhani bahwa dia tidak memahami visi dan misi paslon, hanya mengetahui paslonnya saja, “Milihnya itu berdasarkan tahu dan kenal aja. Untuk visi misinya kurang tahu.”

Terlepas dari tidak mengetahui visi dan misi paslon, Anisa Rahmadhani juga mengatakan bahwa informasi mengenai paslon dalam Pemira ini juga baru diketahui beberapa hari sebelum hari dimana Pemira dilaksakan, “Tahu informasi ini juga baru beberapa hari kemarin, mbak.” imbuhnya.

Mahaiswa FPK UINSA tetap memiliki harapan mengenai hasil Pemira 2019 ini. “Semoga menjadi lebih baik dari sebelumnya,” adalah harapan  Wahyu Nisa dan Anisa Rahmadani sebagai perwakilan masing-masing kelasnya untuk memberi hak suara dalam Pemira FPK 2019 ini. (Mel/Sal)

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.