Bukan Suasana Wukuf, Ini Alasan Mengapa Memakai Tenda Putih-Putih Selama PBAK

Tenda Kegiatan PBAK 2019
“Sebenarnya tujuannya bukan mencari nuansa wukuf, namun karena kita kehabisan tenda konvensional sehingga kita mendapatkan tenda kerucut dengan harga seperti tenda konvensional.”
Rabu (14/8), suasana meriah Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) terasa di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Acara yang dilaksanakan selama empat hari ini terbagi menjadi dua rangkaian. Yang pertama pengenalan seputar universitas pada tanggal 14-15 Agustus 2019 diselenggarakan di halaman depan Twin Tower UINSA. Sedangkan untuk pengenalan seputar fakultas akan dilaksanakan bersama panitia dari masing-masing fakultas pada tanggal 16-17 Agustus 2019 di tempat-tempat yang telah ditentukan. PBAK tahun ini juga mewajibkan mahasiswa baru untuk mengikuti upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) yang bertepatan pada hari terakhir rangkaian acara yaitu hari Sabtu.
Pembukaan rangkaian kegiatan ini diisi oleh Wakil Rektor I, Wahidah Zein Br. Siregar, selaku pelaksana tugas (Plt.) mewakili Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Masdar Hilmy, yang sedang menunaikan ibadah haji. Saat membuka acara tersebut, Wahidah juga sempat menyinggung tentang suasana PBAK tahun ini yang mengingatkan akan suasana ‘wukuf’ di Arafah. Yang menarik dari PBAK tahun ini panitia memasang tenda kerucut berwarna putih di halaman depan Twin Tower UINSA namun hanya akan digunakan pada dua hari awal pelaksanaan PBAK. “Sebenarnya tujuannya bukan mencari nuansa wukuf, namun karena kita kehabisan tenda konvensional sehingga kita mendapatkan tenda kerucut dengan harga seperti tenda konvensional. Sebenarnya saya juga kurang setuju dengan penggunaan tenda kerucut karena tenda tersebut terlalu pendek serta terlalu banyak tiangnya.” Ujar Ma’shum selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
menggunakan halaman depan Twin Tower yang dipasang tenda kerucut. “Berdasarkan hasil evaluasi tahun lalu, ada mahasiswa yang iri karena tempat yang terbagi dua. Awalnya, kita ingin menggunakan Sport Center dengan ditambah tenda di depannya. Namun, hal ini juga dikhawatirkan masih menimbulkan diskriminasi mahasiswa. Akhirnya solusi terakhir kita menggunakan tenda untuk kegiatan dua hari kedepan agar seluruh mahasiswa baru bisa merasakan bersama menjadi warga UIN Sunan Ampel Surabaya.” Tambah Ma’shum sebagai Ketua Panitia PBAK tahun ini.
Dari segi efektivitas, pembekalan materi di ruangan dirasa masih lebih efektif dibanding diruangan terbuka seperti ini. “Efektivitas jelas masih lebih efektif di dalam ruangan. Namun, rasa memiliki dan kebersamaan yang tidak bisa diukur dengan efektivitas tersebut. Rencana awalnya, mahasiswa baru langsung diarahkan ke tenda. Namun, ternyata mahasiswa baru ditarik oleh SEMA (red. Senat Mahasiswa) dan DEMA (red. Dewan Mahasiswa) sehingga muncul fakultatif pada fakultas. Padahal kita ingin dua hari kita menjadi satu, yang membedakan hanya identitas warna saja.” Tangkas Ma’shum kepada kru LPM Alam Tara. (Dna/Hnf)