Miskomunikasi antara Peserta dan Panitia pada Lomba Debat yang Diadakan SEMA FPK

Bagikan

AlamTara News – Gunung Anyar – Rabu (23/11/2022), Babak Semifinal dan Final Debate Competition Faculty yang diselenggarakan Senat Mahasiswa FPK akhirnya telah digelar. Penyisihan babak semi final diikuti oleh 8 kelas yang telah lolos dalam babak penyisihan dua hari lalu. Setelah terpilih 4 tim yang melaju ke final, mereka dilombakan kembali untuk dapat menentukan lawan yang akan memperebutkan juara 1 dan 2, serta juara 3 dan harapan 1.

Namun demikian, dalam sela waktu tersebut terjadi miskomunikasi antara panitia dengan 4 tim yang terpilih, sehingga memunculkan protes dan keluhan dari pihak peserta serta perwakilan kelas dari tim tersebut. Pihak Senat Mahasiswa cukup menyayangkan adanya tindakan provokasi yang menurutnya tidak perlu untuk dilakukan. Dimana aksi provokasi tersebut berupaya untuk menggagalkan lomba debat yang sedang terselenggara. “Padahal, kami sudah melakukan diskusi terbuka. Kami menerima penuh. Bahkan kami memberikan jaminan tidak ada peserta yang melakukan penyampaian aspirasi atau keluhannya itu mengalami intimidasi. Bahkan, kami memberikan perlindungan, bilamana peserta mengalami intimidasi pada waktu penyampaian aspirasi, maka kami yang akan maju lebih dulu”, terang Munir saat mengungkapkan kekecewaan dari Senat Mahasiswa atas tindakan provokasi yang telah dilakukan salah satu mahasiswa FPK.

Pada awalnya, tidak semua kelas melakukan aksi protes untuk menyampaikan keluhan dan aspirasinya kepada senat mahasiswa, tetapi ada salah satu anggota kelas dari tim yang lolos menuju babak final melakukan provokasi kepada teman-teman yang lain untuk menyampaikan aspirasi atau keluhan terhadap penyelenggara kegiatan kompetisi debat tahun ini. Sesuai dengan yang didengar narasumber dari pihak pelapor tersebut bahwa Ia merasa terdapat ketidakjelasan instruksi dari awal dari panitia kepada peserta. Teman kelasnya yang menjadi peserta debat tidak mengetahui jam berapa harus berada di ruang debat, dan menilai bahwa tidak adanya ketegasan dalam instruksi waktu.

Sayangnya, tidak adanya informasi terkait jeda antara babak semifinal dengan babak penentuan lawan untuk perebutan juara 1, 2, 3, dan harapan 1. Sehingga miskomunikasi antara peserta dan panitia mengakibatkan satu tim terdiskualifilasi dalam pertandingan semifinal lanjutan untuk memperebutkan juara 1 dan secara otomatis tim tersebut mengikuti perebutan juara ke-3, tanpa bisa menunjukkan aksi debatnya dalam usaha meraih juara pertama kompetisi debat ini.

“Sebenarnya ini hanya mispersepsi atau miskomunikasi saja”, ujar Munir, selaku ketua pelaksana. Dimana, menurut penjelasan Munir, panitia sudah melakukan upaya dalam bentuk TM (Technical Meeting) sebelumnya, terkait penyampaian peraturan yang ditetapkan dalam lomba debat ini. Akan tetapi, dalam TM tersebut tidak semua peserta lomba mengikutinya. Akhirnya, disitulah kemudian terjadi miss komunikasi atau pemahaman dari peserta. Menurut penuturan ketua pelaksana bahwasannya, “Panitia sudah melakukan upaya untuk mereka, kita hubungi kembali bilamana mereka belum ada di tempat”, ujar Munir. Tidak hanya itu, panitia pun memberikan toleransi waktu untuk menunggu kehadiran peserta di ruang debat.

Adapun terdapat keluhan lain yang disampaikan oleh peserta lomba debat dan termasuk mahasiswa baru tahun 2022. Keluhan tersebut, yaitu mereka merasa keberatan dengan sistem debat yang disusun oleh panitia. Dimana timnya yang notabennya semester 1 dilawankan dengan semester 5. Serta, Ia juga merasa bahwasannya mosi yang diberikan untuk perebutan juara 3 itu lebih berbobot dan lebih cocok untuk diberikan dalam perebutan juara 1.

Terkait dengan keluhan bobot mosi yang dianggap kurang seimbang oleh salah satu tim debat dalam perebutan juara 3, panitia menyadari bahwasanya itu bukanlah hal yang benar. Menurut penuturan panitia, mosi yang diberikan dalam babak final ini memiliki bobot yang sama. “Tetapi, kami pun menyadari bahwasannya mungkin dengan keadaan mereka yang capek ataupun mereka kesusahan. Kita ketahui sendiri bahwasannya babak semifinal dan final dilakukan bersama. Sehingga, hal tersebutlah yang memungkinkan peserta merasa berat terhadap mosi yang diterimanya”, jelas Munir. 

Dari kelas narasumber sendiri mengungkapkan aspirasinya atau kritiknya terhadap panitia terkait tidak berjalannya fungsi mentor yang mereka berikan kepada peserta lomba. Hadirnya mentor yang seharusnya berfungsi sebagai orang yang menjembatani atau menyalurkan informasi dari panitia ke peserta, malah tidak jalan sebagai mestinya. Seharusnya, mereka yang memberikan informasi terkait tidak adanya jeda antara babak semifinal dengan babak penentuan lawan perebutan juara 1, 2, 3, dan harapan 1. 

Dalam menanggapi permasalahan ini, Senat Mahasiswa melakukan diskusi terbuka, dan tidak menutup jaringan komunikasi untuk mereka menyampaikan keluhan. “Kami sangat terbuka, dan kami pun melakukan diskusi terbuka dengan mereka mengenai masalah ini, karena kami menyadari jika di setiap acara pasti mengalami permasalahan, pasti ada suatu hal yang itu di luar kendali kita”, jelas Munir. Sehingga, diharapkannya dari diskusi terbuka tersebut bisa menjadi refleksi atau evaluasi ke depan.

Melalui diskusi terbuka yang telah dilakukan, Senat Mahasiswa memberikan pemahaman kepada peserta. Sehingga, permasalahan yang terjadi ketika berlangsungnya acara lomba debat bisa diatasi dengan baik. Dengan itulah, Senat Mahasiswa membuktikan bahwasannya mereka menerima dengan tangan terbuka segala penyampaian aspirasi, keluhan, saran, maupun kritik. “Harapannya, hal ini tidak terulang kembali, dan ke depannya bisa disongsong bersama dari SEMA, DEMA, dan mahasiswa” ungkap Munir mewakili Senat Mahasiswa.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.