Seri Memahami Diri Sendiri: Mengenal Highly Sensitive Person (HSP)

Bagikan

Penulis: Bintang Lestyasari

 

Pada umumnya, kita sudah terbiasa dengan menerima berbagai stimulus dari lingkungan luar (visual, suara, sentuhan, bau, perasaan) maupun stimulus dari dalam diri (rasa sakit, lelah, lapar, dan haus). Namun, ada individu yang memiliki kepekaan atau sensitivitas yang tinggi. Mereka akan sangat peka terhadap berbagai stimulus. Rangsangan yang bersifat indrawi, seperti bau, visual, suara, sentuhan, dan perasaan akan menyebabkan mereka merasakan sensasi fisik dan psikis. 

Kalian pasti punya teman yang nangis sesenggukan ketika menonton film yang mengandung adegan mellow, yang dimana menurut kita adegan tersebut biasa saja. Atau mungkin ketika kamu berada di kampus maupun sekolah, kamu sering menjadi tempat curhat temanmu karena kamu bisa dipercaya dan bisa menjadi pendengar yang baik bagi mereka. Apakah temanmu atau kamu termasuk dalam kategori orang yang sensitif?. Maka dari itu, mari kita pelajari terkait dengan individu dengan sensitivitas yang tinggi atau bisa dikenali dengan istilah Highly Sensitive Person.

 

Apa itu Highly Sensitive Person (HSP)?

Highly Sensitive Person atau HSP diperkenalkan oleh Elaine N. Aron melalui bukunya yang berjudul “The Higly Sensitive Person: How to Thrive When the World Overwhelms You”. Elaine merupakan seorang doktor dalam bidang psikologi. Ide ini muncul ketika Elaine merasa bahwa Ia berbeda dari orang lain, Elaine merasa bahwa Ia memiliki tingkat sensitivitas lebih tinggi daripada individu yang lain. Elaine kemudian melakukan penelitian pada tahun 1996 tentang sensitivitas dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan sesi wawancara terhadap orang-orang yang merasa memiliki sensitivitas tinggi berkaitan dengan rangsangan fisik, intelektual, dah emosional. Dari hasil penelitiam inilah Eline memberikan istilah HSP (Highly Sensitive Person) bagi orang-orang yang memiliki sensivitas lebih tinggi daripada manusia umumnya. 

 

HSP DAN KEUNIKANNYA

Elaine mengkarakteristikan HSP dengan DOES (Depth of Processing, Overstimulation, Emotional Reactivity atau, Sensing the Subtle). Orang dengan HSP akan terganggu jika mendengarkan suara yang ramai, sirine, dan bunyi-bunyi yang keras. Terdapat juga yang sensitif terhadap cahaya sehingga mereka merasa pusing jika berada di tempat-tempat terang. Ada juga yang tidak tahan di ruangan ber-AC walaupun suhu ruangan AC tidak terlalu dingin karena mereka sensitif terhadap perubahan suhu ruangan. 

Selain itu, HSP juga berupa sensitif berkaitan dengan intelektualitas atau kecerdasan. Mereka lebih dominan dalam kemampuan berpikir. Ketika mereka mendapatkan rangsangan berupa pertanyaan, maka neuron dalam otak akan langsung bekerja untuk memahami, menghubungkan, dan mengorganisir berbagai konsep berkaitan dengan pengetahuan yang mereka miliki. Jadi, ketika kita memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan filsafat misalnya maka mereka dapat berpikir lebih dalam hingga mengaitkan dengan konsep para filsuf sseperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Ketika mereka diberikan diberikan soal matematika yang sulit seperti aljabar dan cara penyelesaiannya tidak ada di buku maka mereka akan langsung memahami konsep dasar dari aljabar dan melakukan penurunan rumus. 

HSP berkaitan dengan rangsangan emosional adalah individu yang memahami kondisi emosional teman bicaranya dengan memperhatikan gerakan tubuhnya (gelisah atau tenang), kontak mata dan raut wajah. Individu dengan HSP yang sensitif terhadap emosional akan lebih banyak mengamati orang-orang di sekitarnya ketika berada disuatu tempat. Sisi positif orang dengan sensitivitas emosi tinggi adalah mereka memiliki rasa empati yang tinggi karena mudah memahami perasaan orang lain. Namun, di lain sisi, mereka mudah menyerap emosi negatif dari orang-orang sekitarnya. Mereka menyerap kesedihan, kemarahan, dan kekecewaan orang lain sehingga menyebabkan mereka akan mudah lelah jika bertemu dengan orang. 

 

HSP SAMA DENGAN PEMALU DAN INTROVERT?

HSP tidak berhubungan dengan tipe kepribadian seperti introvert dan ekstrovert sehingga individu dengan kepribadian ambivert dan ekstrovert juga dapat mengalami HSP. Elaine dalam bukunya menjelaskan bahwa seringkali HSP dianggap inhibited, pemalu, penakut atau introvert. Faktanya, dalam penelitian Elaine menujukkan bahwa 30% dari populasi penelitiannya adalah individu ekstrovert yang sensitif. Artinya, sekitar 420 juta individu dengan kepribadian ekstrovert juga memiliki HSP. HSP dapat disebabkan karena faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik berperan dalam memprediksi peluang besar atau kecil sifat ini diturunkan. Namun, perlu diketahui bahwa pengalaman manusia di masa awal tahap perkembangannya juga berkontribusi dalam pembentukan kepribadian seseorang. 

 

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI SEORANG HSP

Seseorang dengan kepribadian HSP memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya seperti sifat empati yang tinggi, teliti, berhati-hati, berpikir dengan mendalam, pendengar yang baik, mampu membuat hubungan yang dekat dan mendalam dengan oranglain, peka dan menghargai orang lain. Namun, kekurangan mereka di antaranya cenderung menghindari konflik atau masalah, mudah lelah, mudah cemas sehingga menyebabkan stres dan depresi, perfeksionis, sulit fokus karena mudah terdistraksi, dan takut akan penolakan atau omongan negatif dari orang lain. 

 

APA YANG KAMU PIKIRKAN TENTANG PERBEDAAN INI?

Menjadi seseorang yang memiliki HSP di satu sisi memberikan keuntungan karena kita memiliki kepekaan yang lebih tinggi dibandingkan orang lain, cepat tanggap, dan hati-hati dalam bertindak. Akan tetapi, di lain sisi, seseorang dengan HSP menghadapi tantangan yang besar, khususnya mereka harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan cepat dan tantangan ketika berhadapan dengan banyak orang. Namun, jangan khawatir! Berikut beberapa cara yang dapat dicoba bagi kamu untuk memahami dirimu sebagai HSP:

1. Sadari bahwa dirimu adalah seorang highly sensitive person dan menyakini bahwa setiap orang memiliki keunikan masing-masing.

2. Cintai, sayangi, dan hargai dirimu sehingga kamu dapat membangun self-compassion yang lebih baik. 

3. Kenali emosi, ketakutan, dan kesedihan yang muncul dalam dirimu. Misalnya, pada kondisi/situasi bagaimana dan tanda-tanda apa hal tersebut bisa muncul. Dengan kamu mengenali tanda-tandanya, maka kamu akan dapat mengontrol emosi, tingkat ketakutan, dan kesedihanmu.

4. Lakukan self-management seperti membuat journal activity yang akan kamu lakukan hari ini, melakukan kegiatan positif (olahraga, melakukan aktivvitas hobi, istirahat cukup, melakukan relaksasi, tidur yang cukup, atau berbagi cerita dengan sahabat yang kamu percaya).

5. Ciptakan lingkungan yang nyaman sesuai dengan versi dirimu. Misalnya, merapikan atau menata kamar tidur karena tempat tidur adalah tempat ternyaman menurutmu. 

Jika kamu merasa penasaran tentang ada atau tidaknya kepribadian HSP dalam dirimu, kamu boleh mencoba untuk mengikuti test yang disebut A Self-Test: Are You Highly Sensitive? Test ini dibuat oleh Elaine agar para HSP dapat memahami dirinya. Kamu dapat mengujungi laman resmi HSP di internet melalui https://hsperson.com.

 

Referensi:

Aron, N. E. (2016). The Highly Sensitive Person How to: Thrive When the World Overwhelms You. New York: Harmony Books.

Regis Machdy. (2020). Loving the Wounded Soul (Alasan dan Tujuan Depresi Hadir di Hidup Manusia). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.