Laluna

Bagikan

Bulan kembali penuh, aku masih ingat bagaimana tuhan mendatangkan bulan untukku di gelapnya langit yang terasa menghantui.  Bahkan masih teringat jelas bagaimana ia datang dengan senyumnya yang terang, layaknya menemui fase bulan yang baru dan aku memulai episode baru di hidup.

Bunga bermekaran dengan indah saat itu begitu juga dengan hatiku yang sekian lama tidak merasakan debaran. Kau tahu ada suatu hal yang ingin kusampaikan saat melihat sosokmu yang datang dengan senyuman hangat saat itu,

‘indah’.

Semua yang kukatakan terasa menggelikan, tapi itulah yang sebenarnya.

“jangan menekuk wajahmu seperti itu ketika bulan bersinar, gak tau malu itu namanya” 

Aku masih bingung dengan keberadaanya saat itu, ia yang tersenyum padaku tetapi tiba-tiba melemparkan cibiran untukku, bahkan saat itu aku tidak mengerti dengan apa yang ia ucapkan di pertemuan pertama kami.

Seperti bulan yang setiap fasenya terus terisi begitu pula dengan perasaan yang semakin terisi olehnya, seperti bocah yang baru merasakan jatuh cinta, aku juga merasakannya. Ia yang terus memandang ke arahku semakin membuatku merasakan cinta yang manis, banyak hal yang berubah setelah bertemu dengannya. Aku selalu bahagia ketika melihatnya, di setiap harinya berharap ia terus mengisiku. 

Aku masih ingat bagaimana ia tersenyum lebar dengan manisnya, bagaimana ia berbicara dengan manisnya untukku, tawanya juga teringat jelas di benakku Tanpa tahu apa yang ia cemaskan, aku menjadikannya tempatku bersandar tanpa membiarkan ia dapat bersandar padaku. 

Hingga semakin lama aku mengerti apa yang ia katakan padaku saat pertama kali bertemu.  Ia Luna, seperti bulan yang tetap terang meskipun kegelapan mengurungnya. Aku pikir duniaku yang sangat gelap, tapi nyatanya gadis yang tersenyum seperti bulan itu lebih mendapatkan kegelapan besar yang menghantuinya. Aku yang selalu merasa dihiasi olehnya tetapi bagaimana dengannya, apakah ia juga merasa seperti itu.

“Laskar, aku bahagia ketika kamu datang” 

Kalimat itu bahkan muncul dari bibirnya ketika aku merasa cemas. Aku benci karena tidak menyadari ketika fase bulan datang dan semakin penuh , ia akan pergi setelah fasenya usai. Begitu juga dengan dengan dia yang harus pergi.

Di setiap fase purnama, aku terus mengharapkannya datang kembali ditempat yang sama seperti bulan yang akan datang kembali ketika fase baru, tapi  aku tahu itu tidak mungkin. Hari ini bulan penuh dan aku masih merindukanmu di setiap fase bulannya, Laluna.

Oleh: Fina Rizky

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.