Ancaman Kemunculan Chat GPT di Kalangan Mahasiswa

Bagikan

Saat ini mulai ramai diperbincangkan adanya kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) salah satu bentuknya yakni ChatGPT atau Generative Pre-trained Transformer. AI sendiri telah di kembangkan di Amerika Serikat pada akhir tahun 2022 tetapi mulai banyak diperbincangkan sekitar bulan Februari 2023. 

 

ChatGPT sendiri merupakan sebuah mesin yang dapat memberikan jawaban yang dianggap lebih akurat dan lebih detail daripada google. Bentuk pada jawaban lebih manusiawi dan bahasanya lebih terstruktur. Hal tersebut tentu sangat berbeda dengan google yang hanya memberikan sebuah web dan data yang relevan. 

 

Dengan kehadiran google telah menimbulkan kekhawatiran dalam dunia pendidikan karena dapat  mengajukan pertanyaan tentang integritas pekerjaan mahasiswa. Dengan adanya google, semua soal dan pertanyaan dapat dengan mudah diketikkan, dan AI dapat memberikan jawaban, seringkali dengan dukungan data yang dianggap kredibel.

 

Dalam dunia perkuliahan, beberapa perguruan tinggi telah memberikan peringatan kepada dosen-dosennya tentang keberadaan ChatGPT ini. Disatu sisi, mahasiswa merasa terbantu oleh mesin pencarian ini, terutama dalam menghadapi tugas berupa esai atau paper lainnya. ChatGPT menjadi solusi karena kemampuannya untuk merespons berbagai pertanyaan dan menyusun jawaban dalam bentuk paragraf, bahkan sesuai dengan poin-poin yang diharapkan dalam tugas esai atau paper.

 

Meskipun ChatGPT diciptakan dengan tujuan membantu manusia, seperti semua teknologi, ada potensi risiko yang harus diperhitungkan. Keberadaan ChatGPT membawa sejumlah ancaman yang dapat berdampak negatif pada berbagai bidang. Salah satu risiko utamanya adalah kemungkinan penyalahgunaan informasi yang diperoleh dari AI ini, seperti untuk tujuan politik, propaganda, penyebaran hoaks, serta pemalsuan identitas atau informasi.

 

Selain itu, keakuratan jawaban yang diberikan oleh ChatGPT belum sepenuhnya teruji, dan seringkali hanya dianggap akurat tanpa dasar yang kuat. Dari perspektif ilmiah, ChatGPT seringkali kurang memberikan sumber yang dapat diverifikasi dari data dan informasi yang disampaikannya, sehingga tidak selalu dianggap kredibel. Informasinya lebih bersifat naratif dan analisis yang didasarkan pada pandangan umum atau pengetahuan umum. 

 

Bahaya utamanya adalah bahwa ketidakakuratan ini dapat menghasilkan beragam persepsi, termasuk stereotip, prasangka, atau salah pemahaman terhadap konsep dan konteks tertentu. Jika pengguna tidak kritis, informasi yang bias atau tidak akurat dapat diterima sebagai kebenaran, yang dapat mengarah pada ketidakadilan terhadap pihak yang terlibat. Bahkan, hal ini dapat menghasilkan diskriminasi karena ketidakakuratan data tersebut.

 

ChatGPT adalah produk kecerdasan buatan yang cerdas, dan pengguna seringkali mengandalkan kecerdasannya tanpa mengaktifkan pemikiran kritis mereka sendiri. Ini dapat menghasilkan perilaku malas berpikir, di mana pengguna cenderung mengandalkan ChatGPT untuk mencari jawaban atas berbagai pertanyaan tanpa melibatkan pemikiran mendalam mereka sendiri.

 

Penggunaan yang luas dan ketergantungan pada mahasiswa  juga dapat mengakibatkan pengangguran dalam beberapa sektor. Hal ini karena semua jawaban dapat ditemukan dalam mesin ini, banyak pekerjaan yang dapat digantikan oleh teknologi ini. Sebagai contoh, dalam dunia pendidikan, ChatGPT dapat menggantikan peran guru atau dosen sebagai narasumber utama yang dicari oleh siswa atau mahasiswa. Jenis pekerjaan yang terkait dengan pengumpulan pengetahuan dan kegiatan yang berulang mungkin terancam, seperti pekerjaan kreator konten, penerjemah, dan pengumpul data.


Perhatian utama  penggunaan ChatGPT saat ini adalah mengenai kendala akses yang dapat berdampak negatif terutama dalam konteks lembaga pendidikan. Ada sebuah risiko bahwa mahasiswa dapat mencari cara-cara yang tidak jujur untuk menjawab soal-soal ujian, yang mengakibatkan adanya ketidakmurnian dalam penilaian. Oleh karena itu, di masa depan, mungkin akan diperlukan kerjasama antara berbagai pihak terkait untuk mengatasi masalah ini agar kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan secara etis dan efektif.

Oleh:
Elok Chafidatul Choiroh

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.