REVIEW FILM: Derita Tiada Air
Derita Tiada Air merupakan film dokumenter yang mengisahkan perjuangan seorang perempuan di Pesisir Utara Kota Jakarta dalam memenuhi kebutuhan air bersih terutama di wilayah yang menjadi tempat film dokumenter ini dibuat, yakni wilayah Muara Baru dan Kali Baru. Film dokumenter pendek berdurasi 21 menit 09 detik ini merupakan karya pembuat film dokumenter pemula yang telah mengikuti pembelajaran di Sekolah Watchdoc selama tiga bulan belajar dan mempraktikkan seluruh tahapan pembuatan film dokumenter dengan didampingi tim produksi dari Watchdoc.
Film dokumenter pendek ini bertujuan untuk memperlihatkan perjuangan warga Muara Baru dan Kali Baru Jakarta Utara terutama perempuan dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih. Pada film ini, Wilayah Muara Baru mengambil sudut pandang dari Ibu Sugiarti, sedangkan Wilayah Kali Baru dari Ibu Warniti.
Film dokumenter pendek berjudul “Derita Tiada Air” yang diunggah pada youtube Watchdoc Documentary pada 10 Februari 2024. Dimana film ini, dimulai dengan memperlihatkan keadaan wilayah Muara Baru yang air bersih sulit didapatkan dikarenakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum masuk ke wilayah tersebut. Hal ini terjadi lantaran beberapa warga yang berada di wilayah tersebut tidak memiliki surat legalitas tanah. Akan tetapi, di wilayah tersebut terdapat Master Meter, yakni sistem distribusi air dari PDAM yang dikelola oleh individu atau kelompok.
Ibu Sugiarti awalnya memakai Master Meter dengan tagihan rata-rata perbulan Rp150.000-an. Akan Tetapi pada tahun 2020 atau ketika Covid-19 melanda Ibu Sugiarti memutuskan untuk berhenti menggunakan Master Meter karena tagihannya dapat mencapai Rp600.000-an. Padahal Master Meter juga tidak tiap waktu airnya mengalir, hanya sewaktu-waktu saja. Hingga akhirnya Ibu Sugiarti memutuskan menggunakan air sumur.
Sudut pandang beralih kepada Ibu Warniti yang berada di Wilayah Kali Baru yang juga merasakan sulitnya mendapatkan air bersih. Di Wilayah ini Jaringan pipa PDAM telah ada tetapi untuk penyaluran sampai rumah warga harus menggunakan mesin pompa air atau alkon. Karena apabila tidak memakainya air bersih dari PDAM tidak akan bisa tersalurkan. Meski telah berbayar seharga Rp180.000 per bulan terkadang air susah mengalir. Padahal kebutuhan air sangat vital bagi banyak orang di wilayah tersebut pada umumnya. Akan tetapi, perempuan juga memiliki andil yang spesifik mengenai kebutuhan air bersih.
Kebutuhan air bersih penting untuk kepentingan umum seperti mandi, mencuci baju, bersih-bersih, dan sebagainya. Akan tetapi, bagi perempuan menurut Suci Fitra Tanjung yang menjabat sebagai Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) wilayah Jakarta mengatakan bahwa air merupakan kebutuhan esensial bagi perempuan, sebab perempuan memiliki kebutuhan yang spesifik seperti untuk kebutuhan kesehatan reproduksinya, kebutuhan melahirkan, dan kebutuhan menyusui harus dalam keadaan higienis dan sanitasi yang bagus.
Sehingga krisis air bersih ini harus dapat ditangani karena dampak yang paling dirasakan yakni oleh kelompok manusia. Padahal asas air di indonesia menurut Koordinator Nasional Kruha bapak Reza Sahib telah diatur dalam undang-undang 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Akan tetapi, masih terdapat masyarakat yang belum makmur akan ketersedian air bersih yang menjadi bahasan pada film dokumenter pendek di wilayah Muara Baru dan Kali Baru.
Pada dokumenter ini juga diperlihatkan pada tahun 2023 pernah terjadi konflik antara beberapa warga Muara Baru dengan Petugas PDAM yang ingin memasang pipa jaringan baru. Hal itu terjadi lantara kelompok warga yang mempunyai Master Meter tidak ingin penghasilannya hilang jika pipa PDAM masuk ke wilayah Muara Baru. Dari situlah juga, kebanyakan ibu-ibu ikut demo menyuarakan akan pentingnya air bersih kepada pemerintah melalui beberapa pihak, yakni Mahkamah Konstitusi, KOMNASHAM, hingga Ombudsman, hingga akhirnya terdapat tanda-tanda PAM atau Penyedia air bersih dari pemerintah dapat tersalurkan. Akan tetapi, masih belum merata. Warga berharap kepada pemerintah untuk dapat meratakan penyediaan air bersih sehingga dapat dirasakan oleh seluruh Warga Jakarta terutama pada wilayah Muara Baru dan Kali Baru selama 24 jam.
Film dokumenter pendek berjudul “Derita Tiada Air” ini layak untuk menjadi rekomendasi tontonan yang menarik. Sebab, melalui film ini kita jadi mengetahui bahwa sepenting itu kebutuhan akan air bersih. Bahkan, sekelas Ibu Kota Jakarta yang memiliki populasi sekitar 10 juta lebih penduduk dengan majunya perkembangan daerah perkotaan tersebut masih terdapat daerah-daerah pinggiran yang tidak dapat merasakan pasokan air bersih secara merata.
Penulis: Januar Junior