Digertak lagi oleh hacker, Mengapa Pemerintah tidak belajar dari masalalu? Bukti dari pentingnya kata “Sadar”

Bagikan

 

Dua minggu berlalu sejak gemparnya pemberitaan mengenai hacker yang membuat kominfo mendadak “bekerja keras”. Pusat data Indonesia kembali di acak-acak oleh hacker hingga berdampak pada hilangnya beberapa data penting. Sebut saja data mahasiswa calon penerima KIP hingga data-data di Pusat Data Negara yang tentunya bersifat sangat penting karena itu merupakan dokumen. 

 

Kompak, masyarakat Indonesia langsung ikut bersuara mengenai masalah ini. Selang beberapa menit, kabar mengenai pembobolan di PDN (Pusat Data Negara) lantas menjadi trending topik di berbagai media sosial. Sebut saja salah satunya adalah aplikasi X.

 

Konon aplikasi X ini merupakan tempat bersumbernya informasi terupdate mengenai berita viral dan trending. Menggunakan sistem hashtag, aplikasi X bisa dengan mudah membuat kabar apapun cepat dikonsumsi khalayak umum.  Begitu juga dengan kabar pembobolan data oleh  hacker yang ber-nickname brain chipper.

 

Dikutip dari suara.com, dijelaskan serangan awal brain chipper ini bermula pada tanggal 17 juni 2024 pukul 23.15 WIB. Hal tersebut diungkap oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi. Di hadapan anggota dewan Pak budi  mengatakan, serangan tersebut dalam bentuk Ransomeware yang bernama Brain Cipher Ransomware. Hingga pada 20 Juni 2024 pukul 00.54 WIB, serangan kedua mulai muncul kembali hingga melumpuhkan beberapa di sistem di kominfo. Diantaranya adalah penghapusan file sistem penting dan penonaktifan layanan yang berjalan.

 

Lantas berbagai reaksi yang ditunjukan publik menanggapi serangan kedua tersebut. “Gak ada backup sama sekali buat sistem penting. Tiga ratus sistem lain bergantung ke sana  dan masih berani bilang, Tidak ada keteledoran? Mahasiswa aja tahu skripsi harus dibackup Pak. Kemalingan laptop memang bukan salah mahasiswa, tapi gak punya backup ya jelas salah pemerintah”, cuit salah satu akun pengguna x bernametag @ArdiantoSatriawan

 

Jika meninjau beberapa tahun kebelakang, teringat kasus serupa yang juga sempat menggemparkan Indonesia karena Data Negara Yang “konon” katanya juga hacker.

 

Kasus tersebut tak lain dan tak bukan adalah kasus hacker bjorka, yang rumornya berdomisili di Polandia, salah satu negara yang terkenal dengan sistem perlindungan data yang buruk karena banyaknya hacker. Hacker bjorka mengaku telah mencuri dan menyebarkan data pribadi dari berbagai lembaga dan pejabat tinggi negara. Kelakuan nakal Bjorka mencakup membocorkan data pelanggan IndiHome, 1,3 miliar data registrasi SIM Card, serta meretas data pribadi beberapa menteri dan pejabat Menkominfo.

 

Saat itu presiden jokowi mengaku bahwa kabar mengenai bjorka tidaklah benar karena presiden mengklaim tidak mendapatkan surat ancaman dan data negara dalam kondisi aman. sebagian masyarakat terlampau setuju, namun sebagian lagi terlampau tidak percaya dan menganggap hal tersebut hanya untuk menjaga nama baik negara saja. “Kominfo dibilang idiot pula, apa gk belajar dri kasus tahun 2022 Artinya sudah lama Kominfo ni pengawasannya lemah akhirnya mudah dibobol Giliran tuh menteri di suruh mundur atas ketidakbecusan nya,, pengikutnya pasang pagar 🤣🤣🤣” ungkap akun bernicname @InayaturahmahPratama di akun X nya. Cuitan tersebut merupakan satu dari sekian banyak masyarakat yang menyayangkan mengapa kominfo tidak belajar dari kasus bjorka di 2022 dan segera melindungi dengan aman data-data negara. 

 

Tak hanya itu, aktivis seperti Najwa Shihab, yang merupakan sosok wanita mengkritisi pemerintah juga tak luput untuk mengkritisi kasus ini pula. “Tidak ada backup di Pusat Data Nasional. Data pribadi kita tidak dianggap penting,” Posting Najwa Shihab di Akun Instagram Pribadinya. Tak hanya itu, Najwa juga menambahi cuitannya mengenai himbauan nya terhadap rakyat Indonesia untuk menerima kenyataan pahit bahwa mereka hanya dianggap penting saat Pemilu. Cuitan tersebut lantas viral karena di repost ulang di ig @folkative yang selalu menginformasikan berita-berita hangat terkini. 

 

Dari banyaknya cuitan masyarakat dan kenyataan kegagalan pemerintah mengamankan data negara tentu menjadikan masyarakat untuk terus waspada dan mawas diri terhadap data-data pribadinya. Diharapkan dari kasus ini pemerintah dapat meningkatkan kinerja untuk menjaga dan melindungi data negara agar tidak terulang kasus seperti ini lagi. Masyarakat indonesia juga dihimbau untuk selalu menjaga keamanan data diri dan tak mudah untuk memberikan data pribadinya secara cuma-cuma. 

 

Hingga hari ini, kabarnya hacker brain chip telah meminta maaf dan telah memberikan kunci data yang ia curi kepada kominfo kembali. Menanggapi hal ini, lantas benarkah tragedi ini nyata dan bukan settingan pemerintah untuk menutupi kasus lain? Entah apa yang terjadi sebenarnya.

 

Penulis: Ailsa Sabina Rifqi

 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.