Resensi: Tangan Mengepal ke Udara, LAWAN!
(Resensi Buku Teruslah Bodoh Jangan Pintar Karya Tere Liye)
Identitas Buku
Judul Buku : Teruslah Bodoh Jangan Pintar
Penulis : Tere Liye
Tebal Buku : 371 Halaman; 20 cm
Penerbit : PT Sabak Grip Nusantara
Tahun Terbit : 2024
Cetakan : Cetakan ke-2, PT Gramedia
ISBN : 9786238882205
Harga : Rp99.000
Orientasi
“Teruslah Bodoh Jangan Pintar” mengusung isu-isu sosial, politik, dan lingkungan yang tentunya dikemas dengan latar dan alur yang unik dan menarik oleh Tere Liye. Novel ini juga menyuguhkan konflik-konflik krusial tentang kepedulian, kesadaran, kemanusiaan dan lainnya sehingga mampu menyeret emosi dengan hanya larut dalam ceritanya. Penulis mengambil latar masa kini dan sesekali kembali ke masa lalu berdasarkan cerita dari tokoh-tokoh yang ada. Novel fiksi ini diklaim sebagai novel dewasa oleh penulis dengan mempertimbangkan topik, bab-bab, dan ending cerita yang dirasa kurang cocok untuk beberapa kalangan pembaca.
Sinopsis
“Maka apa poin kesaksian ini, Yang Mulia? Sederhana. Tergugat memiliki sejarah panjang hitam, bahwa usaha tambang keluarga mereka merusak lingkungan, membunuh anak tidak bersalah.” halaman 39-40.
Ruang persidangan ukuran 3×6 adalah latar utama dalam cerita ini. Gugatan berasal dari sekelompok aktivis lingkungan kepada keluarga pemilik tambang yang menurut mereka menyebabkan isu-isu sosial dan lingkungan bermunculan. Sekelompok aktivis lingkungan yang maju seadanya dengan mengumpulkan pecahan bukti kecil dari saksi yang tentunya tidak mudah mereka jangkau demi menggagalkan izin konsesi korporasi multinasional PT Semesta Mineral & Mining.
Pembaca diajak ke beberapa tahun kebelakang oleh para saksi persidangan yang meneriakkan kesaksiannya. Tambang meninggalkan wabah, meninggalkan kerusakan, bahkan meninggalkan banyak korban jiwa. Naasnya, hukum dan kekuasaan dipegang oleh para serigala. Yang beruanglah yang berkuasa. Gugatan ini wujud perlawanan aktivis lingkungan yang enggan menutup mata dan mulut. Mereka tetap melawan dan mencari keadilan meskipun di tengah permainan serigala-serigala berbulu domba.
Satu bulan aktivis lingkungan berjuang, hasilnya tentu sudah jelas dan tertebak. Yang beruanglah yang berkuasa. Perjuangan aktivis lingkungan itu dihadapkan dengan pihak komite yang hanya idealis di muka.
Analisis dan Evaluasi
Cerita yang sangat dekat dengan realita kehidupan ini menjadikan novel fiksi ini terasa sangat hidup. Makna dalam cerita semakin sampai mendalam kepada pembaca. Alur yang sering berganti dikemas secara rapi dan menyenangkan membuat pembaca tidak bosan berada dalam satu alur saja. Namun, dengan pemilihan alur campuran juga dapat menjadi kekurangan dalam novel fiksi ini. Fokus dan ketelitian pembaca harus lebih diperhatikan dalam membaca setiap paragraf apabila ingin mengikuti keelokan alur ceritanya.
Pemilihan bahasa yang rumit sesekali digunakan oleh penulis. Kata tersebut tergolong tidak terlalu banyak sehingga masih dapat diatasi dan tidak terlalu mengganggu jalannya cerita.
Novel yang sempat ramai dibincangkan ini memiliki cerita yang sangat menarik dan terasa nyata. Penulis mampu membawa pembaca pada emosi senang, bahagia, bangga, sedih, sesak, kecewa, marah, dan berapi-api hanya dengan menggeser mata pada kalimat selanjutnya. Penulis sangat mahir dalam membangun suasana.
Pengambilan ending yang berani menjadi poin positif dan negatif dalam novel ini. Pembaca dibuat sesak, merinding, dan terdiam oleh ending yang kemungkinan tidak akan terpikirkan oleh siapapun. Namun, hal tersebut merupakan sebuah poin tambahan karena jalan cerita yang unik dan tidak dapat ditebak.
Kesimpulan
Buku ini memiliki alur dan plot cerita yang unik dan menyenangkan untuk dibaca. Pemilihan alur campuran, cara penulisan, dan plot cerita yang elegan mampu menyihir pembaca untuk senantiasa menamatkan novel ini dalam sekali duduk. Kemampuan penulis dalam membangun suasana juga tidak perlu diragukan karena banyak pembaca yang sudah dimainkan perasaannya saat membaca cerita dalam novel ini. Novel dewasa ini tentu memiliki makna cerita yang sangat mendalam dan terasa nyata. Maka, saya sangat merekomendasikan novel fiksi ini kepada siapapun yang memenuhi syarat yakni dewasa. Mahasiswa terlebih mahasiswa yang ‘melek’ politik, ‘melek’ sosial, dan ‘melek’ lingkungan juga sangat direkomendasikan untuk membaca novel ini.
Penulis: Halimatus Sa’diyah