Bulan Bahasa: Merawat Identitas Nasional di Tengah Gempuran Digitalisasi
Saat ini kita telah memasuki bulan Oktober, yang dikenal sebagai bulan bahasa Indonesia. Di bulan ini menjadi waktu yang penting untuk mengingat kembali betapa vital nya peran bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa dan identitas nasional. Setiap Oktober, peringatan ini tak hanya bertujuan mengenang Sumpah Pemuda pada 28 Oktober, tetapi juga membina dan mengembangkan bahasa serta sastra Indonesia. Harapannya, Bulan Bahasa bisa meningkatkan semangat literasi di masyarakat.
Meskipun Bulan Bahasa sudah ada, semangat literasi di Indonesia masih tergolong rendah. Berdasarkan data UNESCO, tingkat literasi masyarakat Indonesia berada di urutan posisi ke-100 dengan tingkat literasi 95,44% atau lebih rendah dari Filipina (96,62%), Brunei (96,66%), dan Singapura (96,677%). Padahal, di era digital seperti sekarang, akses terhadap bacaan menjadi jauh lebih mudah. Penggunaan gadget yang meningkat seharusnya bisa menjadi sarana untuk mengakses berbagai buku atau bacaan yang tersedia secara online. Ini bisa menjadi peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan literasi. Membaca tidak hanya memperluas wawasan, tapi juga bisa menambah nilai diri seseorang tergantung dari bacaan yang dipilih.
Disisi lain dengan adanya perkembangan digitalisasi juga dapat membuat bahasa Indonesia semakin ditinggal, karena banyaknya bahasa yang masuk di Indonesia. Hal ini bisa mengakibatkan bahasa asli Indonesia sedikit tertinggal.
Di sisi lain, perkembangan digitalisasi ini juga menimbulkan tantangan bagi bahasa Indonesia. Masuknya banyak bahasa asing ke dalam kehidupan sehari-hari membuat bahasa kita perlahan ditinggalkan. Pengaruh bahasa gaul dan istilah asing sering kali menggeser penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Melalui Bulan Bahasa, kita harus semakin sadar pentingnya menjaga kemurnian dan kaidah bahasa Indonesia, terutama di ruang publik, media, dan dunia pendidikan. Penggunaan bahasa yang tepat akan membantu melestarikan bahasa nasional kita. Di saat yang sama, Bulan Bahasa juga dapat menjadi momentum untuk memperbarui dan mengembangkan bahasa Indonesia agar bisa mengikuti perkembangan zaman. Penciptaan istilah-istilah baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat dibutuhkan agar bahasa Indonesia tetap relevan dan terus berkembang.
Kita bisa memulai upaya memperkaya bahasa Indonesia dari hal-hal kecil. Misalnya, dengan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar selama satu hari penuh, atau dengan mengadakan lomba menulis cerpen digital yang mengangkat budaya lokal dalam bahasa nasional kita.
Ingatlah, setiap kata yang kita ucapkan dalam bahasa Indonesia adalah bagian dari warisan budaya kita. Setiap kalimat yang kita rangkai adalah fondasi identitas nasional, dan setiap percakapan yang kita lakukan adalah benang yang memperkuat persatuan bangsa. Mari jadikan Bulan Bahasa sebagai titik awal kebangkitan, tidak hanya sebulan, tapi sepanjang tahun. Tidak hanya di ruang kelas, tapi di setiap aspek kehidupan. Sebab, bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi—ia adalah jiwa bangsa, cermin budaya, dan kunci masa depan kita.
Dengan adanya bulan bahasa ini harusnya kita sebagai masyarakat bisa merayakannya ditengah gempuran bahasa asing dan bahasa gaul. Kita perlu menjaga kemurnian dan kaidah bahasa Indonesia agar tidak terkikis. Penggunaan bahasa Indonesia yang tepat di ruang publik, media, dan pendidikan akan membantu melestarikan bahasa nasional kita. Selain itu Bulan Bahasa dapat menjadi momentum untuk mengembangkan bahasa Indonesia agar mampu mengikuti perkembangan zaman. Penciptaan istilah-istilah baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi perlu terus dilakukan agar bahasa Indonesia tetap relevan. Inovasi bahasa yang tepat akan memperkaya kosakata dan menjadikan bahasa Indonesia lebih bervariatif.
Untuk terus memperkaya bahasa Indonesia Kita bisa memulai dari hal-hal sederhana. Contohnya berkomunikasi hanya dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam waktu satu hari atau mengadakan lomba menulis cerpen digital yang menceritakan keunikan budaya lokal dalam bahasa nasional kita.
Ingatlah, setiap kata yang kita ucapkan dalam Bahasa Indonesia adalah bagian dari warisan budaya. Setiap kalimat adalah batu bata yang membangun identitas nasional. Dan setiap percakapan adalah benang yang memperkuat jalinan persatuan bangsa.
Mari kita jadikan Bulan Bahasa sebagai awal kebangkitan. Bukan hanya sebulan, tapi sepanjang tahun. Bukan hanya di ruang kelas, tapi di setiap sudut kehidupan. Karena Bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi. Ia adalah jiwa bangsa, cermin budaya, dan kunci masa depan kita.
Penulis: Rahma Tri Aristawidya