Kenyamanan dipertanyakan: Begini Kondisi Musholla di Fakultas Psikologi dan Kesehatan
Alam Tara News (19/11/2024) – Kenyamanan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang kegiatan, termasuk dalam beribadah. Ibadah adalah momen sakral yang menghubungkan manusia secara lahir dan batin kepada Sang Pencipta, sehingga kenyamanan menjadi aspek krusial. Kenyamanan ini tidak hanya mencakup kondisi fisik bangunan, tetapi juga berbagai faktor seperti kebersihan, keamanan, dan kelayakan fasilitas. Namun kesempurnaan sulit dicapai, dan masih sering ditemukan berbagai kendala, termasuk sarana dan prasarana yang kurang memadai. Salah satu contoh nyata adalah kondisi fasilitas ibadah, seperti mukena dan tempat ibadah di Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang memerlukan perhatian.
Fasilitas mushola di lantai 2 fakultas tersebut dirawat secara rutin oleh petugas kebersihan. Menurut penjelasan mereka, pembersihan dilakukan setiap minggu, terutama pada hari Jumat, untuk memastikan kebersihan karpet, mukena, dan peralatan ibadah lainnya tetap terjaga. Meskipun perawatan rutin berjalan baik, beberapa fasilitas, seperti karpet dan rak mukena, mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan dan membutuhkan perbaikan.
Pak Topo selaku kepala sarana prasarana, menyampaikan bahwa perawatan fasilitas mushola juga melibatkan proses laundry untuk mukena. “Mukena-mukena ini sudah pernah diganti, dan akan diganti lagi ketika anggaran fakultas tersedia,” ungkapnya. Pak Topo juga menambahkan bahwa meskipun belum ada rencana resmi untuk perbaikan, ia berharap agar kedepannya ada penggantian fasilitas guna menjaga kenyamanan jamaah yang beribadah.
Mahasiswi Fakultas Psikologi dan Kesehatan turut memberikan pendapat mengenai kondisi mukena yang kurang terawat. Salah satu mahasiswi menyarankan agar ada pengurus mushola, baik dari kalangan mahasiswa maupun pihak kampus, yang bertugas secara berkala untuk mencuci mukena agar kebersihannya tetap terjaga.
Di sisi lain, mushola lantai 2 juga menghadapi isu terkait etika penggunaannya. Beberapa mahasiswi kerap menggunakan mushola untuk berbincang dan makan, yang mengganggu jamaah lain yang sedang beribadah. Seorang mahasiswi Fakultas Psikologi dan Kesehatan yang menanggapi isu ini mengatakan, “Sebenarnya kurang etis berbincang atau makan di mushola. Namun menurut saya, selama mushola tidak ramai dan hanya digunakan untuk istirahat sebentar tanpa membuat gaduh atau mengotori, itu masih bisa dimaklumi. Tetapi, saat mushola ramai, kita harus tahu etika untuk segera meninggalkan mushola.”
Dengan situasi tersebut, diharapkan adanya peningkatan dalam pengelolaan mushola, baik dari segi perawatan fasilitas maupun etika penggunaannya, agar kenyamanan dan kesakralan tempat ibadah tetap terjaga bagi semua jamaah.
Penulis: Kharrisa Sri Rahayu & Aisyah Humairoh