Ikuti Perkembangan Tren, UINSA Usung Konsep Paper Mob
Hari pertama diadakannya Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKK-MB) UINSA 2017 berlangsung meriah dengan diadakannya konsep paper mob. Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (DEMA–U) selaku panitia inti acara PKK-MB ini mengaku mengusung konsep baru ini agar acara lebih hidup dan mengikuti perkembangan.
alamtarapersma.com – Senin (28/8), UIN Sunan Ampel Surabaya menggelar Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKK-MB) dengan jumlah mahasiswa baru sebanyak 4.350 orang dari berbagai fakultas. Jika dibandingkan dengan PKK-MB pada tahun lalu, peserta PKK-MB tahun ini terlihat lebih bersemangat karena jauh dari perpeloncoan yang selama ini selalu menghantui para calon mahasiswa baru. Acara dimulai sekitar pukul 08.30 WIB dengan diawali pembacaan doa, kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne UIN Sunan Ampel Surabaya, pembacaan Al Qur’an, sambutan oleh Rektor serta Presiden Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. “Ya saya kira untuk pembukaan ini sudah kita nilai sukses, otomatis kekurangan-kekurangan dari jadwal yang kita jadwalkan umpamanya ketika mulai dari masuk itu ternyata butuh waktu satu jam padahal kita hanya setengah jam.” Ucap Prof. Dr. Ali Mufrodi, MA selaku Wakil Rektor III UIN Sunan Ampel Surabaya.
Ada yang berbeda pada pelaksaan PKK-MB tahun ini, yaitu adanya paper mob yang dilakukan oleh mahasiswa baru UIN Sunan Ampel Surabaya dengan dipandu oleh Muhammad Mahmud Qudori. Untuk mengabadikan momen yang baru pertama kali dilakukan oleh DEMA-U tahun ini, paper mob tersebut diabadikan dengan menggunakan drone. Tentunya hal ini menjadi salah satu cara UIN Sunan Ampel Surabaya untuk mengikuti perkembangan zaman karena pihak Dema-U sendiri merasakan minimnya perubahan konsep selama beberapa tahun terakhir. “Iya memang konsep baru karena kita sudah terlalu ketinggalan jauh kreativitas kita dibandingkan universitas lain.” Ungkap Mahmud selaku Wakil Presiden Mahasiswa.
Tahun ini UIN Sunan Ampel Surabaya telah menerapkan sistem yang bersih atau tidak memungut biaya PPK-MB. M. Istighfari Firmansyah sebagai salah satu peserta PKK-MB dari Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK) mengatakan ia hanya menyiapkan atribut seperti name tag, ID card, peci, pita warna putih sebagai simbol identitas FPK, sepatu hitam, celana hitam, kemeja putih panjang, dan dasi hitam. Istighfar mengaku tidak ada kendala disaat ia mempersiapkan atribut, karena ia menggunakan lagi bahan-bahan yang sudah ada untuk didaur ulang untuk digunakan sebagai atribut. “Kakak-kakak panitianya cocok, membantu banget, terutama kalo saya tanya tentang akreditasinya, materi pembelajarannya, teknis PKK-MB-nya dari awal sampai akhir.” Jelasnya ketika ditanya tentang pembinaan yang diberikan oleh panitia.
Salah seorang wali mahasiswa Prodi Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) juga memaparkan bahwa sudah ada sosialiasi mengenai pungutan liar (pungli). “Waktu pertemuam wali mahasiswa sudah diberi tahu bahwa tidak ada pungli dari kampus.” Ungkapnya.
Selain itu, Dina Aprilia, lulusan SMAN 11 Surabaya yang menjadi peserta PKK-MB dari FPK merasa keperluan yang harus dipersiapkan untuk PKK-MB ini simpel karena mengikuti aturan universitas yang harus menggunakan bawahan hitam dan kemeja putih, ditambah pita putih yang diikatkan di luar kerudung sebagai identitas fakultas. Ia mengaku tidak ada kendala saat mempersiapkan perlengkapan nya karena peserta saling membantu untuk mengerjakan keperluan PKK-MB. Kakak-kakak panitianya berkesan, dan walaupun gambaran PKK-MB menurut Istighfar, “Serem”, karena membayangkan adanya perpeloncoan seperti OSPEK di masa terdahulu, menurut Dina justru sebaliknya, “Nggak serem sih kak, soalnya dari awal sudah dijelaskan sama kakak-kakak panitianya,” aku mahasiswi yang berpesan untuk menitipkan salam kepada Mas Fajar Mustafa sebagai kakak tingkat yang paling dikenal sejak awal ini. (Dika/Qurr)