Dari Mana Kita Berasal? Ke Mana Kita Akan Pergi?
Peresensi : Qanita Zulkarnain
Judul Buku : Origin
Pengarang : Dan Brown
Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno, Reinitha Amalia Lasmana, dan Dyah Agustine
Penerbit : Bentang
Tahun Cetak : 2017
Jumlah Halaman : 516 halaman
ISBN : 978-602-291-442-6
Origin merupakan buku kelima karya Dan Brown yang mengisahkan Robert Langdon, seorang profesor simbologi di Universitas Harvard. Berlatar Spanyol, Brown menyajikan petualangan kali ini sedikit lebih berbeda karena alih-alih Langdon dihadapkan pada banyak karya seni dari abad pertengahan, kali ini justru Langdon banyak menemui karya-karya seni modern. Meskipun begitu, novel ini tetap sarat akan nilai-nilai pengetahuan mengenai seni, organisasi, sains, bahkan politik dan agama. Seperti novel karya Brown terdahulu, novel ini juga mengangkat isu kontroversial. Beragam teori konspirasi dan isu sensitif dikemas dalam petualangan sang ahli simbol, Robert Langdon, yang mendebarkan.
Berawal dari gagasan seorang ateis kaya raya, Edmond Kirsch, yang kemudian dipresentasikan secara live dengan sasaran manusia di seluruh dunia pada suatu malam mengenai jawaban atas dua pertanyaan fundamental yang membayangi manusia secara lahiriah, yaitu “Dari mana asal kita?” dan “Kemanakah kita akan pergi?”. Agama membuat manusia percaya bahwa semuanya bermula dari Tuhan, sedangkan dalam ilmu pengetahuan dipercayai bahwa semuanya dimulai dari ledakan maha dahsyat Big Bang. Asal muasal dari asal segala sesuatu ini masih merupakan isu kontroversial dan tak berhenti diperdebatkan – bahkan sampai sekarang. Jawaban Kirsch atas dua pertanyaan ini, menurutnya, akan mengguncang tidak hanya orang-orang beriman, namun juga seluruh manusia dan berpotensi menimbulkan pergeseran paradigma di dunia. Namun, Kirsch terbunuh di malam ia akan mempresentasikan jawabannya di Museum Guggenheim – museum yang menyajikan seni modern di Bilbao – sehingga Langdon, bersama direktur dari museum bersangkutan, Ambra Vidal, harus kucing-kucingan dari berbagai pihak demi menemukan file presentasi sang miliarder untuk dipublikasikan.
Penggambaran pelarian yang berawal dari Bilbao sampai akhirnya Barcelona ini melibatkan banyak tokoh-tokoh penting. Selain Kirsch, seorang futuris yang merupakan mantan murid Langdon di Universitas Harvard, dan Langdon itu sendiri, terdapat tokoh-tokoh penting lainnya seperti Raja dan Pangeran Spanyol, Ambra Vidal – Direktur Museum Guggenheim yang merupakan tunangan Pangeran, tiga pemuka agama masing-masing dari Islam, Kristen, dan Yahudi, lalu Winston, kecerdasan buatan yang diciptakan Kirsch. Winston bukanlah satu-satunya teknologi masa depan yang disebutkan, namun perannya sangat besar dalam petualangan ini. Artificial Intellegence, atau AI, atau yang lebih dikenal dengan kecerdasan buatan merupakan fiksi yang mendekati akhirnya sebagai fiksi. Dalam buku ini, Brown tidak hanya menggambarkan teknologi masa depan sebagai impian yang menjadi nyata dengan segala kelebihannya yang mencengangkan, namun kemungkinan akan sisi buruk dari teknologi maju yang kurang sempurna.
Dibandingkan dengan karya Dan Brown lainnya, plot kisah ini cenderung memiliki warna berbeda yang secara pribadi bagi saya mungkin karena novel ini mengisahkan Langdon yang berhadapan dengan lebih banyak seni dari zaman yang berbeda dari novel-novel sebelumnya. Namun, bukan Dan Brown namanya jika tidak ada kejutan-kejutan dalam perjalanan tokoh utama novelnya. Novel ini sangat disarankan bagi segala kalangan, khususnya pengamat konspirasi, penikmat seni dan simbol, dan penggemar thriller.