Persma UINSA Adakan Diskusi Revolusi Industri 4.0
alamtarapersma.com – Perkembangan zaman memberi kemajuan yang signifikan kepada banyak dimensi kehidupan manusia. Beberapa teknologi ditemukan dan digunakan untuk mempermudah pekerjaan, adapun dimanfaatkan untuk menambah kemampuan produksi pada sektor industri yang sedang memegang kendali atas berkembangnya peradaban. Sebuah topik yang menjadi perbincangan hangat kontemporer adalah Revolusi Industri 4.0, yang merupakan generasi baru atas terlahirnya teknologi network (jaringan) atau wireless (nirkabel) yang digunakan dalam bidang industri, sehingga tidak sedikit yang mengganti tenaga manusia dengan robot-robot atau otomatical tools canggih, dampaknya banyak pengangguran dan pelenyapan profesi pekerjaan, karena dinilai tidak praktis dan efisien lagi.
Dengan latar belakang untuk mempersiapkan diri menghadapi Revolusi Industri 4.0, atau dibaca dengan Four-Point-O, serta mempersatukan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) yang berlokasi di UIN Sunan Ampel Surabaya, agar lebih mudah mengembangkan program apalagi produk jurnalistik yang diterbitkan, mengkonsolidasikan pemberitaan, memudahkan dalam membuat gerakan atau kritik atas kejanggalan birokrasi kampus, menambah kerukunan dan kedekatan antar LPM yang sebelumnya begitu sukar dikondisikan, serta beberapa tujuan positif lainnya, LPM Ara Aita dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), LPM Arrisalah dari Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), LPM Alam Tara dari Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK) dan LPM Edukasi dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK), berinisiatif mengadakan Kelas Jurnalistik 4.0 dengan bimbingan dari Taufiqurrahman, Wartawan Jawa Pos, Demisioner LPM Ara Aita, dengan mengangkat tema Menyambut Era Digital dan Revolusi Industri 4.0, diikuti dengan Sub-Tema Angin Perubahan yang Bernama: Four-Point-O, Profesi yang Hilang dan Profesi yang Muncul, Pabrik-Pabrik Hantu, Bonus Demografi, Bencana Ketololan, dan Anak-Anak IAIN yang Tersesat di Persimpangan. Diadakan pada Jumat, 04 Mei 2018, Ruang Sidang FDK, pukul 08.00 WIB.
Disampaikan Taufiqurrahman sebuah materi yang berbicara mengenai pembagian zaman, di antaranya Dark Age, Feudal Age, Castle Age, dan Imperial Age, yang didalamnya juga memiliki babakan seperti Zaman Batu, Zaman Perunggu, Zaman Besi, Zaman Pertengahan, Zaman Pencerahan (Renaissance), Zaman Kerajaan, Zaman Industri, Zaman Atom dan Nuklir, juga terdapat Zaman Digital.
Taufiqurrahman juga menjelaskan sejak kapan pekerjaan mulai dibutuhkan dan urutan budaya manusia untuk bertahan hidup meliputi Food Hunter, Food Gatheer, Food Producer, “Pada saat itu, dalam sehari manusia hanya bekerja dua jam untuk berburu rusa, kerbau, dan hewan lainnya. Tersisa waktu 22 jam, waktu tersebut digunakan untuk berkarya seni, mengembangkan bahasa, dan relasi seksual untuk melestarikan hidupnya,” tutur Wartawan Jawa Pos, Alumni Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), FDK, angkatan 2011 tersebut ketika mengisi kelas.
Dalam ruangan yang sejuk itu, Taufiqurrahman turut memberikan pencerahan tentang pembagian pekerjaan utama, yang terdiri dari agriculture (petani), manufacture (teknisi) dan service (pelayanan). Masing-masing pekerjaan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing ketika memasuki Revolusi Industri 4.0, ada beberapa pekerjaan yang sudah tidak digunakan dan tidak laku lagi dalam pasaran industri, sehingga orang-orang yang bekerja dalam profesi itu mau tidak mau harus mengasah keahlian baru, atau tidak mendapatkan pekerjaan sama sekali, bisa juga disebut dengan pengangguran, “Maka dari itu, kita harus memiliki satu keahlian yang benar-benar kita kuasai dan bisa digunakan untuk bertahan hidup dalam Revolusi Industri 4.0, saya pun sekarang juga belajar desain, pemrograman, videografi, dan sebagainya,” kata pria berkemeja merah maroon tersebut dengan tegas.
Taufiqurrahman mempresentasikan mengenai klasifikasi Revolusi Industri, yang meliputi Revolusi Industri 1.0, Revolusi Industri 2.0, Revolusi Industri 3.0 dan yang telah dimasuki zaman kita sekarang adalah Revolusi Industri 4.0, “Jadi yang pertama, industri menggunakan alat-alat dan mesin sederhana dalam proses produksinya. Lalu pada revolusi industri kedua, industri menggunakan tenaga manusia (buruh) untuk melancarkan produksinya. Masuk kepada tahap yang ketiga, industri sudah mulai memakai robot atau kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam kegiatan menghasilkan produknya.
Sekarang kita masuk pada generasi yang keempat, yaitu semua menggunakan jaringan, network, sehingga ada perusahaan-perusahaan baru yang muncul, namun tidak bisa kita lihat bangunannya, tetapi ada sebuah aktivitas produksi di dalamnya, misalkan aplikasi pesan tiket online,” akumulasi pesan yang disampaikan Demisioer LPM Ara Aita, Taufiqurrahman, pada siang hari tersebut, sambil memperagakan aktivitas produksi dalam pabrik-pabrik yang sudah ditinggalkan dan tidak digunakan lagi.
Pekerjaan-pekerjaan yang menurut Taufiqurrahman akan hilang apalagi ditelan perkembangan zaman adalah teller bank, kuli bangunan, travel agent, tukang cetak, kurir atau pengantar surat, supir, petugas ekspedisi, pekerja pabrik, operator mesin jahit, dan banyak lagi yang disebutkan. Untuk pekerjaan yang masih bertahan dan makin berkembang dalam generasi Revolusi Industri 4.0 adalah trainer, terapis, pemrograman, desainer, perawat, dokter, dan berjibun lainnya.
Ada sekian strategi yang ditawarkan Taufiqurrahman untuk merespon kemajuan era digital, di antaranya komitmen pada peningkatan investasi di pengembangan digital skills, selalu mencoba dan menerapkan prototype teknologi terbaru, dilakukannya kolaborasi antara bidang industri, akademisi, dan masyarakat untuk mengidentifikasi permintaan dan ketersediaan skills bagi era digital di masa mendatang, menyusun kurikulum yang telah memasukkan materi terkait human digital skills, “Sekarang waktunya UIN Sunan Ampel Surabaya menghadapi Era Digital dan Revolusi Industri 4.0 dimulai dari LPM-nya masing-masing. Maka dari itu, seluruh LPM perlu bersatu dan saling mengembangkan, jangan seperti zaman saya dulu, LPM saling berseteru dan mesti muncul persoalan-persoalan,” ensensi pesan Taufiqurrahman tempo waktu.
Selain memberikan seminar tentang Era Digital dan Revolusi Industri 4.0, Taufiqurrahman dan seluruh tamu undangan yang terdiri dari berbagai organisasi Intra-kampus dan Ekstra-kampus seperti Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) dan Senat Mahasiswa (Sema) tingkat fakultas atau universitas, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU/IPPNU), seluruh lembaga pers mahasiswa, dan Organisasi Mahasiswa Daerah (Ormada) seperti Sunan Ampel Studen From Bojonegoro (SASB) dan Forum Komunikasi Mahasiswa Bojonegoro (FKMB) UIN Sunan Ampel Surabaya yang memiliki divisi jurnalistik turut membuat konsep mengenai pengembangan LPM yang bertempat di UIN Sunan Ampel Surabaya, meliputi pembenahan media sosial pers mahasiswa, pembenahan portal berita pers mahasiswa, newsroom atau berita yang dapat diakses oleh seluruh pers mahasiswa, dan mengadakan Kelas Jurnalistik 4.0 untuk mengembangkan kompetensi dan keilmuan pers mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
Hasilnya adalah wadah pengembangan diskusi, perencanaan program, konsolidasi pemberitaan, menjalin kerukunan dan menambah kapasitas intelektual yang bernama Ikatan Jurnalis Mahasiswa (IJMA) UIN Sunan Ampel Surabaya, yang disepakati dan ditanda-tangani oleh perwakilan seluruh LPM yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya meliputi LPM Ara Aita, LPM Alam Tara, LPM Arrisasalh, LPM Solidaritas, LPM Edukasi, LPM Parlemen, LPM Riset, LPM Almaslahah, LPM Forma, dan LPM Progresif.
Agenda yang diikuti berbagai mahasiswa dari lintas fakultas dan organisasi dengan jumlah 50 orang tersebut ditutup pukul 16.00 WIB, serta mengabadikan momen dengan foto bersama dan penyerahan cindera mata sertifikat kepada pemateri. Follow-up dari agenda tersebut adalah dibuatnya Grup WhatsApp Ikatan Jurnalis Mahasiswa (Ijma) untuk saling mengembangkan produk jurnalistik yang sedang dalam kendala, berbagai persoalan pers mahasiswa yang membutuhkan solusi dan dukungan dari pers mahasiswa lainnya, serta menjalankan Kelas Jurnalistik 4.0 online pada Grup WhatsApp dengan pemateri Taufiqurrahman yang dibuka dengan tema jurnalistik setiap minggunya, mengadakan Kelas Jurnalistik 4.0 secara empirik di kampus setiap sekian bulan sekali untuk mempererat kedekatan dan koordinasi pers mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. (Rag)
Ya seperti itulah bentuk kemajuan teknologi, sekarang tergantung kita bagaimana menyikapinya
Terima kasih sudah mengirim komentar ;))