Wahana Baru Mahasiswa (Oleh: Luhur Pambudi)

????????????????????????????????????

Bagikan

Dunia Mahasiswa disegarkan dengan suguhan yang inspiratif sekaligus aspiratif dalam event yang diadakan salah satu televisi nasional (TvOne) yaitu eventDebat Mahasiswa. Event ini menfasilitasi sekumpulan pemuda dengan visi dan misi yang menggebu sebagai agent of change, ternyata memberi nuansa baru dalam pergolakan pemikir pemuda-pemuda ber-almamater. Terbukti diikuti oleh semua lapisan mahasiswa dari seluruh perguruan tinggi seluruh pelosok negeri. Mengadu argumen berdasarkan sebuah chase yang disajikan melibatkan 2 sosok kubu konvensional, yaitu kubu pro dan kontra. Alhasil, setelah berbagai macam bentuk penilaian, seleksi, hingga menentukan siapa yang pantas memenuhi kriteria pemenang. Para pemikir-pemikir masa depan ini begitu riuh berkoar dengan berbagai abstraksi pemikiran teoritis yang benar-benar fresh dan sangat orisinil ditambah manuver-manuver dialektika yang overkill sebagai sebuah konstruksi kompetisi.

Sejauh kompetisi ini masih dalam lingkup persoalan-persoalan krusial yang meradang kemudian menjadi polemik, dan menuntut sebuah kerangka berfikir untuk mengurainya, yang mampu membuat persoalan-persoalan tadi dijadikan isu-isu atau objek kajian, lalu dicari sebuah pemusatan penyelesesian, kalau memang dibutuhkan. Tidak menjadi masalah dan sah-sah saja.

Tapi, perlu diketahui. Event tersebut seharusnya diantisipasi agar tidak menjadi wahana baru untuk Mahasiswa, wahana yang menetapkan tempat yang tetap untuk Mahasiswa sebagai pembicara. Okelah, kalau memang Mahasiswa dituntut berperan aktif dalam menyuarakan segala bentuk konsepsi-konsepsi. Akan tetapi ini, yang ditakutkan nantinya Mahasiswa menjadi pemikir-pemikir yang taktis, pemberani, tanpa diboncengi kepentingan siapapun dan apapun, kecuali kepentingan rakyat umum. Namun, dalam tanda kutip yang terang “Mahasiswa beraninya koar-koar kalau (dalam kandang)”. Ya itulah, yang harus diperhatikan kedepannya. Mahasiswa natinya bakal berani mengaum dan mengobrak-abrik kelaliman dengan segala bentuk konsepsi pemikrian JIKALAU dalam kandang. Mahasiswa yang telah membaptiskan diri sebagai agent of change dan agent of control, tak punya lagi wajah sebagaimana rupa kusam kulit mereka, tak punya lagi sikap taktis berani mati sebagaimana noda-noda lusuh dialmamater mereka, dan sebagaimana rasa haus saat menyususri jalan menuntut keadilan kepada kuasa kaum tirani.

Apalagi dengan kondisi kesehatan negeri yang begitu merongrong kesakitan dan tak kunjung pulih atau sekedar berbenah diri. Bagaimana bisa berbenah diri, kalau negari ini masih dihadapkan dengan si pemegang tongkat bayonet kepemimpinan orang-orang tua yang pengganggu. Pengganggu-pengganggu yang sibuk dengan mempersolek diri atas amanah-amanah rakyat sebagai pemegang kekuasaan paling tertinggi.

Disinilah letak seharusnya Mahasiswa yang harus diwanti-wanti dan tidak boleh lupa ataupun mengabaikan fungsinya sebagai Si Pengontrol dan Si Perubah tatanan kenegaraan menuju kemaslahatan. Ini waktu yang seharusnya tak beleh terlewatkan, dimana Mahasiswa menjadi seorang hakim atau seorang wasit yang sendirian tanpa kemenakan golongan atau institusi dalam mengatur jalannya sistem kenegaraan ini, yang sudah sangat melenceng dari visi dan misi kerakyatan semula. Sekaligus membenahi dasi yang kendor dan kemeja yang kusut, juga mengisi meja-meja yang kosong di paripurna.

Sekali lagi, ini yang harus diantisipasi sebagai upaya meninabobokan langkah-langkah Mahasiswa, setelah jalan dialektis diplomatis tak lagi cukup didengar para penguasa. Terlepas dari semacam reward bagi siapa pemenang dalam eventtersebut, yang tak usah dijelaskan lagi apa bentuknya.

Atau memang ini adalah sebuah skema yang dirancang para elit politik yang mulai ketir-ketir, dengan ancaman dari Mahasiswa serupa angkatan Mahasiswa tahun ’66 atau ‘98. Kita pun tak tau? (Luhur Pambudi)

Penulis adalah Demisioner Pimpinan Redaksi LPM Alam Tara periode 2016

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.