Saling Sinergi dan Aktualisasi Diri dalam Opening Ceremony Dies Natalis FPK

Bagikan

Jumat (2/11) Gedung Auditorium UINSA dipenuhi  mahasiswa Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK). Mahasiswa Angkatan 2018 sampai 2016 berpartisipasi aktif dalam acara Opening Ceremony Dies Natalis Perception 4.0. Yang dibuka penampilan tari tradisional oleh Dyah Devi duta psikologi tahun 2017, perkenalan Psychoworkout, dan alunan lagu Meraih Bintang dari Via Vallen yang dialunkan UKM MUGI.

Aktualisasi Budaya Secara Futuristik menjadi tema yang diangkat dalam Dies Natalis FPK Preception 4.0 tahun ini. Ketua pelaksana, Ahmad Adi Sudrajat, mengatakan tema ini terinspirasi dari perkataan salah satu dosen, Jainuddin, yang menyebutkan bahwa aktualisasi diri ialah hal yang dibutuhkan seorang remaja. Untuk acara pembukaannya sendiri juga agaknya tidak biasa, karena bukan pemotongan pita atau bunyi-bunyian seperti pada umumnya, melainkan dengan menarik sebuah pinata.  Siti Nur Asiyah, selaku dekan dengan Adi menarik beberapa helai pita yang dikaitkan pada sterofoam berbentuk persegi (red, pinata) yang berisi kertas kerlap kerlip sebagai tanda simbolis dibukanya serangkaian acara Dies Natalis FPK yang memasuki usia ke-4 ini.

Tak hanya peresmian simbolis, acara pembukaan dilangsungkan dengan pemilihan duta psikologi 2018 dengan menampilkan peragaan busana bertemakan All Around the World yang diikuti oleh sepasang mahasiswa dan mahasiswi setiap kelas dari angkatan 2018 sampai 2016.

“Karena budaya seluruh dunia kan harus dilestarikan, sementara tema Dies Natalis tahun ini juga aktualisasi budaya secara futuristic. Makanya kami pengen seluruh budaya di negara manapun itu diketahui banyak orang dan bisa dijaga bersama meskipun sekarang sudah jaman sangat maju” pungkas Stanley Adam ketua pelaksana Duta Psikologi.

Unjuk bakat dari kelas G2 semester 1 peserta Duta Psikologi menyanyikan lagu berbahasa spanyol. Penampil yang unik lainnya, datang dari kelas G4 semester 3, menampilkan tari tradisional bujang ganong, tari yang berasal dari Ponorogo tersebut menceritakan tentang seorang bujangan yang sudah lama tidak memiliki pasangan lalu menjadi depresi, namun berhasil sembuh ketika seorang wanita datang kedalam kehidupannya dan menjadi tambatan hati, “tari bujang ganong itu menceritakan seorang bujang atau bujangan yang tidak punya pasangan trus dia mulai menggila, kemudian datanglah seorang perempuan, yo nana, trus mereka saling suka” ujar Syahril peserta yang membawakan tari tersebut.

Pertunjukan sulap diiringi music disc joke  juga hadir mengisi acara Unjuk Bakat dalam Duta Psikologi 2018, lalu berlanjut dengan sama-sama pertunjukan sulap, namun lebih menantang karena peserta menutup matanya menggunakan kacamata dari besi lalu merangkapnya dengan kantong kain berwarna hitam  kemudian meminta dua orang dari penonton untuk berpatisipasi dengan meletakkan dua buah balon di pinggang dan pesulap menusukkan pisau ke balon tersebut.  Olah raga tradisional dari Brazil, Capoeira, musikalisasi puisi, dongeng, dan dakwah juga menjadi penampilan penampilan yang tak kalah menariknya, “Seru, karena tema dari acara kemaren itu around the world sehingga membuat kita tahu macam-macam kebudayaan dan pakaian adat di seluruh dunia. Dan juga lewat acara duta kemaren kita sebagai penonton dan suporter lebih kompak dan bekerjasama untuk mendukung kelas masing-masing” ujar Dyah Eka. Ada pula yang menyebut bahwa acara tersebut unik karena berbeda dari sebelumnya yang tidak hanya menampilkan budaya lokal saja, “ya karena mereka berpartisipasi dengan sungguh sungguh, kostum yg dipake itu yg buat unik,” ujar Marrisa.

Acara diakhiri dengan pengumuman akhir serangkaian acara Duta Psikologi 2018. Best costum dari kelas G3 semester 5 yang menggunakan kostum dari India, best talent dari kelas G1 semester 5 yang menampilkan aksi sulap dan olahraga tradisional dari Brazil, (red, capoeira), best supporter dari kelas G4 semester 3 serta Tuan dan Nona Psikologi 2018 (red, Duta Psikologi) dari kelas G3 semester 3.

Kharis selaku Koordinator Mahasiswa dari kelas G4 semester tiga mengaku senang atas juara best supporter yang berhasil disandang kelasnya, karena merasa perjuangan yang dillakukan terbayar sudah, “tentunya sangat senang dan sangat bersyukur, ketika perjuangan teman-teman saya mendapat sebuah hasil yang memuaskan. Apalagi ketika mereka memang bertekad untuk memeriahkan acara ini. Perjuangan mencari drum, perjuangan berangkat ke auditorium mulai jam 8, serta meramaikan dan stay sampai acara berakhir. Itu semua perjuangan yang sangat indah sekali dan membuat kami, kelas G4.3 menjadi keluarga yang lebih dekat,” pungkasnya. (rtn,hnf)

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.