Review Film: The Indigenous

Bagikan

The Indigenous merupakan film dokumenter yang mengisahkan seorang peneliti bernama Samsul Ma’arif yang berusaha untuk membuktikan bahwa stigma yang selama ini kita tujukan kepada masyarakat adat adalah bentuk kegagalan dalam memahami nilai masyarakat adat itu sendiri. Film ini diproduksi oleh Watchdoc Documentary selaku rumah produksi audio visual yang berdiri sejak 2009 dan disutradarai oleh Muhammad Sridipo dan Rizky Pratama.

Film dokumenter ini, bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana masyarakat adat sebagai komunitas yang visioner dalam menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan alamnya. Sehingga menonton film ini kita seakan diajak untuk memahami keunikan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat adat.

Film The Indigenous yang launching pada 9 agustus 2023 ini mengisahkan Samsul Ma’arif yang melakukan penelitian kepada masyarakat adat Daya Luhur yang berada di Cilacap Jawa Tengah dan Dayak Iban di Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Pada awal film menampilkan seorang Samsul Ma’arif yang memberikan opini bahwa masyarakat adat kerap mendapatkan stigma negatif seperti dituduh dan dianggap sebagai primitif, penganut animisme, sinkretik, syirik, dan sesat.  Sehingga Samsul Ma’arif melalui film dokumenter ini ingin menunjukkan bahwa stigma, tuduham, dan anggapan negatif kepada masyarakat adat hanya didasari oleh kesalahpahaman, sentimen anti-kemanusiaan, dan penggunaan pola pikir ilmiah yang bermasalah.

Awal pandemi covid-19 menjadi awal dimana Samsul Ma’arif mengenal masyarakat adat. Baik masyarakat adat Daya Luhur dan Dayak Iban memiliki daya tahan masyarakat adat dalam menghadapi pandemi covid-19. Hal itu didasari oleh sedikitnya masyarakat adat yang terdampak covid-19. Hal inilah yang mendorong Samsul Ma’arif memutuskan untuk melihat langsung sistem adat dalam  masyarakat adat dalam menghadapi pandemi.

Pada masyarakat adat Daya Luhur yang berada di Cilacap Jawa Tengah dijelaskan bahwa mereka merupakan komunitas ekoton yang terbentuk atas persilangan dua wilayah, yakni jawa tengah dan jawa barat. Sehingga mereka hidup di wilayah jawa tengah tetapi berkomunikasi dengan bahasa sunda. Melalui ketua adat Daya Luhur bernama Ceceng Rusmana dijelaskan bahwa hampir semua bentuk ritualnya dinamakan sedekah, seperti sedekah kupat dan sedekah gunung. Ceceng juga menjelaskan jika ritual yang dilakukannya tidak hanya sebatas untuk ditujukan kepada sesama manusia tetapi juga makhluk lain dan alam. Hal itu dapat diketahui melalui meletakkan makanan baik di dekat pohon atau di tengah hutan. 

Melalui Karso seorang juru kunci Situs kramat Citalaga menganggap pepohonan termasuk bambu dianggap keramat sehingga perlu dijaga untuk menjaga kelestarian alam. Selain itu, pancuran air yang ada di dalam hutan dianggap daya kehidupan. Tanah dan air memiliki kepentingan untuk saling melindungi. Oleh karena itu, bagi masyarakat adat Daya Luhur adat itu harus diwariskan agar masyarakat adat tetap bisa menjaga daya tahan dalam menghadapi ancaman.  Sehingga sekalipun ada covid-19, dimana masyarakat pada umumnya mengalami kelangkaan akan makanan, sedangkan masyarakat adat dengan kekayaan alam yang melimpah dapat bertahan dengan bergantung kepada alam yang masih asri.

Pada masyarakat adat Dayak Iban di Kalimantan Barat merupakan pemeluk katolik dengan sistem adat yang melekat tanpa adanya perubahan. Masyarakat adat Dayak Iban tegas dalam menekankan relasi manusia dengan alam untuk saling memilihara. Tanah diibaratkan sebagai ibu, hutan diibaratkan sebagai bapak, dan air adalah darah. Melalui Apai Janggut seorang ketua adat Dayak Iban menjelaskan bahwa sistem adat juga sebagai daya tahan dalam menghadapi berbagai ancaman diluar komunitas adat. Apai Janggut berpesan kepada anak-anak “Kalian jangan nakal” karena apabila di dalam masyarakat ada yang melakukan keburukan, selain dianggap tidak menghormati juga akan mendatangkan permasalahan. Ritual-ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat adat Dayak Iban salah satunya Kenduren Pansud tujuannya untuk ucapan terima kasih kepada alam dan berterima kasih atas leluhur telah menyediakan berbagai kebutuhan untuk masyarakat adat. Bukan untuk menyembah roh.

Melalui film dokumenter ini, ditemukan banyak keunikan dan nilai-nilai budayanya. Mulai dari ritual, kebiasaan, keragaman, dan pesan yang disampaikan oleh ketua adat. Dalam film ini menganggap masyarakat adat yang primitif adalah anti-kemanusiaan. Sebab, primitif merupakan sistem daya tahan masyarakat dalam menjaga kelestarian alam, meningkatkan solidaritas, dan relasi sosial sehingga masyarakat adat dapat bertahan dalam menghadapi berbagai ancaman termasuk covid-19.

Film dokumenter berjudul “The Indigenous” yang telah tayang perdana pada 7 september 2023 di youtube Watchdoc Documentary dapat menjadi rekomendasi tontonan film yang menarik untuk mendapatkan pengetahuan baru dan mengenal lebih dekat bahwa kehidupan masyarakat adat dapat menjawab sentimen buruk yang dilontarkan oleh masyarakat umum.

 

Oleh: Januar Junior

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.