Resensi: The Privileged Ones

Bagikan

 

Judul Buku : The privileged Ones

Jenis Buku : Novel Fiksi

Pengarang : Mutiarini

Tahun Terbit : 2022

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal Buku : 240 halaman

ISBN : 9786020659855

Harga Buku : Rp. 73.000

 

Sinopsis Buku:

Berkisah mengenai Rara gadis desa yang punya harapan besar untuk mengubah jalan hidupnya menjadi lebih baik. Ia menerima beasiswa yang ditawarkan oleh kepala desanya di Universitas Pandawa, yang berada di Ibu Kota Indonesia yaitu Jakarta. Rara ingin sekali membuktikan kepada ayahnya bahwa seorang wanita bisa dan berhak untuk berpendidikan tinggi, tidak serta merta hanya mengurus pekerjaan domestik atau hanya fokus menjadi istri dan ibu yang baik saja. 

Ternyata perjalanan Rara untuk mengubah hidupnya untuk menjadi lebih baik pun tidaklah mudah. Meskipun ia selalu mendapatkan nilai terbaik di fakultasnya, namun dalam bertahan untuk dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari rasanya selalu menghantui diri Rara. Sampai tibalah dimana muncul satu kesempatan besar melalui salah satu tugas mata kuliah publisitas yang menjadi kompetisi bergengsi dengan menciptakan kanal Youtube yang mampu mengimbangi gempuran konten sampah yang banyak beredar. Jika dapat memenangkan kompetisi ini, akan dihadiahi uang tunai berjumlah tiga puluh juta rupiah serta diundang untuk menjadi narasumber di salah satu talkshow bertajuk ”Kata Alan”. 

Rara beserta teman-temannya mengambil tema kesehatan mental dan membuat kanal bertajuk ”Soul Diary”. Namun Rara selalu dihantui rasa iri kepada Diva. Hal ini menimbulkan berbagai gejolak konflik yang tak hanya terjadi antara Rara dengan Diva, namun dengan beberapa orang yang berkaitan dengan Rara. Tak disangka, kompetisi sengit ini membuka mata Rara terkait berbagai kenyataan hidup yang tidak ia pahami sebelumnya, termasuk mengenai privilese yang sebenarnya.

 

Isi Buku:

Novel ini mengisahkan mengenai bagaimana perjuangan Rara yang berusaha dalam mempertahankan dan merubah nasib hidupnya menjadi lebih baik dari keluarganya. Ia selalu ditemani dengan riuh dari berbagai masalah yang datang dari dirinya sendiri maupun masalah yang dialami oleh orang-orang terdekatnya. Melalui kompetisi dari tugas mata kuliah publisitas ini, Rara menaruh harapan besar. Jika ia dapat memenangkan kompetisi ini, ia dapat membantu mengurangi beban Mbak Indah yang selama ini turut membantu membiayai segala keperluan Rara selama berkuliah di Jakarta. Selain itu, Rara juga ingin membuktikan kepada bapaknya bahwa Rara disini mampu berdiri tegak dan tak terkalahkan meskipun harus bersengketa dengan orang-orang yang tampak punya segalanya. Salah satunya adalah Diva.

Sejak awal, bahkan sebelum kompetisi ini dimulai, Rara selalu merasa kagum terhadap Diva karena ia memiliki paras yang cantik, pintar, kaya dan punya segala-galanya. Namun rasa kagum tersebut lama-lama membentuk kepribadian Rara menjadi seorang gadis yang merasa kalah dalam segala hal dan menimbulkan rasa iri terhadap segala sesuatu yang dilakukan oleh Diva. Dengan kepribadian yang dimiliki Rara, kompetisi ini menjadi terasa sengit bagi Rara karena ia juga ingin mengalahkan Diva dan kelompoknya. 

Mengangkat tema mengenai kesehatan mental, Rara bersama kelompoknya memberi tajuk ”Soul Diary”. Kanal Youtube ini menjadi sebuah talkshow dengan sesi konsultasi yang dikemas dengan ringan seperti mengobrol dengan sahabat. Ditemani Giri, salah satu psikolog yang direkomendasikan oleh dosen Rara. Giri menjadi konsultan yang akan memberikan tanggapan serta saran-saran untuk narasumber agar dapat memproses penyembuhannya. Rara berharap melalui kanal Youtube ”Soul Diary”  ini dapat memberikan pengertian pada orang-orang diluar sana yang juga mengalami masalah serupa bahwa bantuan pasti akan selalu tersedia.

Melalui proses wawancara dari berbagai narasumber disetiap episodenya, Rara menyadari bahwa memang bukan hidup Rara saja yang menjadi kompleks. Rara juga jadi menyadari akan berbagai kenyataan hidup yang belum pernah ia pahami sebelumnya. Sesederhana dukungan, kebebasan, dan pilihan tampaknya tak bisa didapatkan oleh semua orang. Melihat secara langsung bagaimana para narasumber menceritakan segala masalahnya seringkali mengingatkan Rara akan kenyataan tentang masa-masa yang dilalui Rara. Rara juga semakin sadar bahwa kemampuan finansial, kecantikan, dan kesempatan merupakan sebuah privilese namun tidak semua orang tak berani berharap untuk memilikinya.

Selain narasumber dari kanal Youtubenya, Rara juga dipertemukan oleh banyak orang-orang baik yang turut berbagi cerita dengan Rara. Rara semakin menyadari bahwa selama ini Rara hanya berfokus untuk bertahan untuk mencukupi kebutuhannya sendiri tanpa pernah memperhatikan orang-orang yang ada disekitarnya dan berkaca pada hidup mereka. Rara jadi mengerti bagaimana rasanya bersyukur ketika bertemu dengan orang-orang yang lebih membutuhkan. Dan Rara juga menjadi merasa bersalah ketika ia hanya menilai secara sepihak orang-orang yang memiliki privilese lebih dalam kemampuan finansial, pendidikan yang tinggi, paras yang indah, pakaian yang dimiliki dengan berbagai macam merk serta hal-hal lain yang tak pernah ia rasakan. Ternyata mereka juga tak sepenuhnya merasakan bahagia seperti yang dipikirkan Rara. Ada yang harus bertarung untuk tetap menjaga kesehatan mentalnya, dan ada juga yang harus kehilangan orang-orang tersayangnya. Berbagai hal memang ternyata tak seburuk dan seindah kelihatannya.

 

Kelebihan Buku:

Sebagai pembaca, novel ini sukses dalam membawa alur cerita mengangkat topik-topik yang rasanya sangat dekat dengan kehidupan dalam sehari-hari dalam hal pendidikan, kesehatan mental, stereotip masyarakat, patriarki, serta berbagai masalah kehidupan lainnya. Meskipun mengangkat topik-topik yang terkesan berat dengan dominan membahas kesehatan mental dan patriarki, namun novel ini berhasil menggunakan bahasa yang ringan dalam menceritakan ceritanya sehingga novel ini mudah dipahami alur ceritanya dan dapat membuka sudut pandang serta memberikan pengetahuan bagi para pembaca. 

 

Kekurangan Buku:

Di beberapa bagian cerita terdapat beberapa kesalahan penulisan ejaan, kata baku serta typo. Hal ini mengurangi kenyamanan dan kelancaran dalam membaca sehingga membuat alur cerita yang sebenarnya menarik menjadi sedikit terganggu. 

 

Penulis: Tazkia Aulia Putri

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.