Krisis Budaya: Warisan Gen-Z untuk Indonesia 2045
Budaya Indonesia kini mulai mengalami perubahan drastis baik dalam pola makan, pola berpakaian hingga bahasa yang digunakan. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena faktor mudahnya budaya yang masuk dengan bantuan kemajuan teknologi saat ini. Budaya Indonesia begitu kalah dengan budaya yang berasal dari luar negeri, utamanya Korea Selatan. Dari persentase yang ada, pecinta aktor, drama dan juga idol ini merupakan Gen-Z dimana mereka merupakan generasi yang paling akrab dengan teknologi saat ini. Hal ini menyebabkan sulitnya menyaring pengaruh budaya Korea Selatan yang masuk di Indonesia.
Gen-Z atau generasi Z sendiri merupakan target penerus bangsa sebagai pondasi utama dalam pencapaian cita-cita Indonesia emas 2045, karena banyak dari mereka merupakan gologan mahasiswa atau pelajar yang kini sedang menempuh pendidikan untuk mencapai cita-citanya. Cita-cita ini yang akan disatukan kemudian diharapakan dapat membantu tercapainya Indonesia emas 2045. Namun mirisnya, para generasi Z sebagai pewaris masa depan bangsa yang nantinya akan menjadi patokan generasi seterusnya ini seakan sudah melupakan bahkan tak kenal lagi dengan budaya lokal, hal ini akan menyebabkan punahnya budaya serta warisan Indonesia.
Pola budaya yang terbentuk saat ini sangat jauh dari budaya asli Indonesia, dimana hiburan wayang sudah teralihkan dengan hiburan tarian K-Pop idol, kemudian mempengaruhi cara berpakaian yang lebih dianggap kekinian. Tidak hanya itu, pola bahasa dari drama Korea yang seakan gencar digilai oleh gen- Z ini juga mempengaruhi perubahan dimana kata annyeong sudah mengganti kata halo dan salam, kemudian kata saranghae dan juga gomawo sudah mengganti kata serta tata bahasa Indonesia yang mana Bahasa Indonesia sendiri termasuk dalam warisan budaya yang harus dijaga utamanya bagi penerus bangsa Indoensia. Makanan yang beredar di kalangan masyarakat juga banyak yang sudah jauh dari warisan Indoenesia, jajanan seperti kue basah dan lainnya kini sudah kalah dengan makanan Seafood ala Korea. Lantas jika pola budaya ini berlanjut maka hal yang pantas diwariskan adalah sebuah kemiskinan budaya. Bukan karena nenek moyang Indonesia yang miskin akan budaya, namun generasi yang menjembatani antar generasi ini kalah dalam peperangan teroris bersekutu media digital itu.
Alasan kuat Gen-Z saat ini lebih berminat untuk mengidolakan aktor dan juga idol kpop korea karena memang dianggap lebih menarik dari segi visual dan mereka lebih mudah bersahabat akrab karena memang sikap idol yang ramah dan tingkah lucu membuat para gen-Z yang memang sering dibilang memiliki mental letih dan lebih banyak mengeluh merasa memiliki rumah untuk pulang dan sebagainya. Kemudian drama dan juga penampilan visual juga alur cerita yag susah ditebak memiliki konflik yang tidak biasa ini, kemudian membuat perhatian penuh minat pada drama Korea. Dari penayangan drama juga kpop idol inilah kemudian budaya, bahasa, pola makan bahkan gaya hidup Korea mulai marak di minati warga Indonesia.
Melihat dari keunggulan ini, seharusnya sudah ditemukan pula kelemahan yang menjadi pengahalang budaya Indonesia diminati dan pudarnya daya tarik budaya lokal bagi masyarakat Indoensia. Maka hal ini seharusnya menjadi titik pembenahan dan juga ruang bagi Gen-Z untuk berinovasi juga berkreasi agar budaya Indonesia tetap diminati dan tidak terancam punah karena jajahan budaya dari Negara lain.
Jika hal ini diteruskan, maka pada masa yang diangggap keemasan Indonesia pada tahun 2045 ini akan menjadi ajang pameran kekalahan Gen-Z mempertahankan budaya lokal yang seharusnya dilestarikan, karena jika hal ini terus berlanjut pula maka pada masa 2045 mungkin sudah tidak lagi digunakan kain batik cantik pada pakaian masyarakat Indonesia, menggguakan bahasa Indonesia menjadi terdengar kampungan atau rendahan, bahkan wayang kulit hanya bisa dilihat pada museum dan menjadi benda asing di Negara yang sebenarnya adalah pemiliknya sendiri.
Penulis: Nurul Maghfiroh