ORMAWA Panen Cuan ditengah Kegiatan PBAK 2024
Rabu, 14 Agustus 2024, Hari kedua Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan ( PBAK) yang berada di Kampus 2 UINSA, Gunung Anyar, berlangsung dengan tertib dan lancar. Tidak seperti hari pertama yang seluruh Mahasiswa Baru (MABA) berkumpul menjadi satu di area taman kampus, pada hari kedua ini mahasiswa baru telah berkumpul sesuai dengan fakultasnya masing-masing. Tujuannya adalah untuk memfokuskan pengenalan lingkungan kampus di area fakultas masing-masing, dengan mengenalkan segala sesuatu yang ada di dalamnya baik tata tertib dan kode etik, maupun sarana dan prasarana yang disediakan oleh fakultas. Akan tetapi, di hari kedua ini nampak fenomena unik yang muncul dan berbeda dari tahun-tahun PBAK sebelumnya, yakni tentang adanya Bazar.
Bazar dilakukan di selasar depan pintu masuk Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA). Bazar diadakan untuk memeriahkan acara PBAK dan juga untuk memberikan kesempatan kepada ORMAWA untuk berwirausaha secara mandiri. Dari sejumlah stand yang tersedia di dalam bazar, hampir seluruh stand bazar didominasi oleh ORMAWA dari FPK sendiri, yakni DEMA FPK, HIMAPSI, HIMAGISA, MUGI, dan Alam Tara mereka berbaris rapi dengan berbagai dagangan atau produk yang ditawarkannya. Meski begitu, terdapat salah satu ormawa yang menarik perhatian, yakni Kewirausahaan dan Industri Ekonomi Kreatif (KEIKRAF) UINSA.
KEIKRAF menjadi salah satu ormawa yang ikut andil dalam merampaikan bazar PBAK dari Kampus 1 UINSA. “Kami mendapatkan info berjualan di sini, dari SEMA (Senat Mahasiswa) dan DEMA (Dewan Eksekutif Mahasiswa) Universitas,” ucap Salsabila, salah seorang anggota KEIKRAF dari Prodi Hubungan Internasional.
KEIKRAF menjualkan produknya berupa Lemon Tea dan Bakpao dengan harga mulai dari 3 ribu hingga 5 ribu. “Kami menjual minuman lemon teh dan bakpao rasa coklat atau kacang hijau, yang mana lemon teanya paling best seller disini” ujarnya. Salsabila menjelaskan jika informasi untuk meramaikan bazar diperoleh H-7 PBAK, sehingga membuatnya memiliki waktu untuk mempersiapkan hal apa yang perlu dipersiapkan. Salsabila juga menjelaskan jika tempat yang digunakan untuk berjualan tergolong strategis. Akan tetapi, terdapat kendala dalam meramaikan bazar di selasar FPK.
Kendala yang Pertama, target pasar tidak sesuai. “Beberapa panitia (Panitia PBAK) membatasi peserta PBAK untuk membeli diluar (kita), hal itu yang membuat kita terbatas”. Kedua adalah keterbatasan modal, karena modal berasal dari anggota KEIKRAF sendiri. Meski begitu, KEIKRAF tetap berusaha untuk memaksimalkan hasil perolehan dengan modal yang terbatas. Dan kendala yang ketiga adalah sumber daya yang terbatas.
Untuk itu, KEIKRAF yang diwakili oleh Salsabila berharap, “Berharap mahasiswa baru ndak beli kemana-mana, cukup di sini-sini saja sehingga hal itu dapat menjadi keuntungan bagi para penjual disini.” Salsabila juga berharap kedepannya untuk SEMA, DEMA, maupun Panitia memperbaiki alur dari mahasiswa baru agar lebih proporsional dalam meramaikan dagangan dari tiap-tiap ormawa yang menyediakan produk-produknya.
Penulis: Januar Junior & Irine Winda Agustine