Tingkat Kepuasan Terus Menurun: Tanggapan Peserta Audiensi Terhadap Jawaban Dekanat

Bagikan
Sumber: Arsip Pribadi

Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK) bersama Dewan Eksekutif Mahasiswa dan Lembaga Pers Mahasiswa Alam Tara sudah mengadakan audiensi bersama dekanat untuk menyampaikan aspirasi mahasiswa tentang sarana dan prasarana fakultas. Dalam audiensi itu, mahasiswa berharap ada solusi jelas untuk sembilan poin utama yang dibahas. Audiensi ini dilakukan dengan tujuan menyalurkan aspirasi, harapan, dan keluhan mahasiswa FPK dalam bidang sarana dan prasarana kepada pimpinan fakultas. Terdapat lebih dari sembilan aspek yang disampaikan. 

Salah satu keluhan utama dalam audiensi tersebut adalah soal ruangan untuk Organisasi Mahasiswa (Ormawa). “Dengan enam ormawa yang harus berbagi satu ruangan kecil, ruang gerak kami jadi sangat terbatas,” ucap Berliana Shafa. Mereka berharap pihak fakultas dapat menyediakan ruangan tambahan, karena masih ada beberapa ruangan kosong di FPK. Persoalan ruang Ormawa ini menjadi penting karena pada saat ini, terdapat enam Ormawa di FPK yang harus berbagi satu ruangan kecil, sehingga menghambat Ormawa untuk beraktivitas secara optimal. Pihak dekanat hanya menanggapi bahwa masalah tersebut masih bisa diakali dengan cara lain, tidak harus dengan mengubah alih fungsinya. Aspek kedua adalah kantin yang tidak tersedia di Fakultas. Menurut dekanat mengenai hal tersebut terjadi karena larangan jual beli di luar Pusat Pengembangan Bisnis. Berliana Shafa, perwakilan SEMA FPK, menjelaskan bahwa soal kantin di fakultas itu urusan Pusat Pengembangan Bisnis UINSA, bukan ormawa. “Kami hanya bisa menyampaikan aspirasi, keputusan ada di tangan mereka,” ucap Berliana. Dekanat juga menjelaskan bahwa hal ini akan dibahas lebih lanjut dengan pihak terkait. Aspek ketiga adalah ruang baca, FPK memiliki dua ruang baca. Namun, hanya satu ruang baca yang sering digunakan, yang satunya mungkin hanya dibuka pada saat-saat tertentu, ucapnya selanjutnya. Selain itu, buku-buku yang ada di ruang baca hanyalah hasil dari donasi-donasi mahasiswa, bukan dari Fakultas itu sendiri. Alhasil buku-buku yang ada di ruang baca FPK masih sangat minim, terutama buku-buku gizi. Aspek keempat yang dibahas adalah lemari mushola FPK yang masih dikunci, juga isi dari lemari di mushola laki-laki yang masih kosong dan mukenah mushola putri yang masih sangat minim. Tanggapan dekanat mengenai hal tersebut adalah dengan diadakannya donasi alat sholat. Aspek kelima adalah aplikasi amira yang sangat membantu mahasiswa tetapi penanganannya sangat lama. Terakhir adalah masalah lift eror, dekanat menanggapi bahwa lift tersebut dirawat berkala. Namun, menurut Berliana hingga saat ini, wujud perawatan tersebut belum diketahui rupanya. Akan tetapi, kondisi lift sekarang masih terlihat baik.”

“Namanya juga menyalurkan aspirasi, beberapa tanggapan dekanat udah memuaskan, tapi masih ada yang belum,” kata Berliana Shafa, perwakilan SEMA FPK. “Contohnya, masalah ruang ormawa dan kantin masih perlu diperjuangkan”. Dari aspirasi yang telah disampaikan, pengajuan sebagian aspek diterima dan sebagian yang lain belum diterima oleh pihak dekanat. Salah satu aspek yang belum diterima ialah mengenai ruangan untuk Ormawa. Padahal, menurut ketua SEMA, aspek yang belum diterima tersebut sebenarnya masih dapat diatasi. Aspek yang belum diterima ini menjadi salah satu hal yang menjadi ketidakpuasan para peserta audiensi. Namun, di sisi lain, pihak SEMA merasa puas karena pihak dekanat cepat dan tanggap dalam menyikapi permintaan diadakannya acara audiensi. Terkait tindakan nyata selebihnya mengenai tanggapan dan solusi yang diberikan, sampai saat ini masih belum terlihat jelas.” Selain Berliana, terdapat audiensi lain yang menyampaikan tanggapannya yakni Iqbal Harist selaku gubernur DEMA, beliau menanggapi bahwa dekanat tidak dapat memberikan keputusan langsung dalam audiensi tersebut, karena mereka perlu mendiskusikan kembali bersama jajaran terkait.  Selain itu, Iqbal Harist juga menyampaikan “Untuk skala audiensi, kami cukup puas karena diberikan kesempatan untuk menyampaikan aspirasi mahasiswa. Namun, sampai sekarang, belum ada kejelasan terkait tindak lanjutnya, sehingga kepuasan kami menurun dari waktu ke waktu”. 

“Beberapa aspek langsung ditangani oleh dekanat, sementara beberapa lainnya perlu ditangani oleh pihak pusat,” ucap Iqbal Harist.  Salah satu aspek yang masih belum ditindaklanjuti adalah penambahan kantin di FPK. Mengenai hal tersebut, gubernur DEMA FPK UINSA memberikan tanggapan, “Jika sarana dan prasarana belum ditindaklanjuti, kita hanya bisa berspekulasi, mungkin jajaran dekanat sedang sibuk dengan berbagai kegiatan penting seperti akreditasi, student mobility, dan lainnya. Selain itu, para dosen juga tampaknya cukup sibuk, sehingga belum sempat menangani hal ini, padahal sebenarnya sangat penting untuk memperhatikan keluhan-keluhan mahasiswa”. 

SEMA dan DEMA akan menindaklanjuti terkait hasil audiensi ini, terutama untuk memastikan dekanat tidak lupa tentang keluhan-keluhan mahasiswa. Mereka juga berencana mengadakan audiensi lanjutan (audiensi ke-2)  jika diperlukan untuk memperjelas dan memastikan tindakan nyata. Terlebih beberapa aspek terkait melibatkan pihak ketiga seperti Rektorat dan Pusat  Pengembangan Bisnis UINSA, yang tidak hadir dalam audiensi tersebut. Maka dari itu, SEMA dan DEMA berencana untuk mendiskusikan hasil audiensi bersama dengan Wakil Dekan III yang paling dekat dengan mahasiswa agar disampaikan ke bagian pusat.

Penulis: Deva Widya Helanda & Lail Zahwa Efrilia Dwi Efendi

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.