Review Film: Identity (2003)


Tanggal Rilis: 25 April 2003
Negara: Amerika
Sutradara: James Mangold
Penulis Skenario: Michael Cooney
Genre: Horor/misteri
Durasi: 1 jam 31 menit
Perkenalan
“Identity” (2003) adalah film psikologis yang digarap oleh sutradara James Mangold, dengan skenario yang ditulis oleh Michael Cooney. Film ini dikenal dengan unsur thriller psikologisnya, menghadirkan misteri yang memikat, penuh dengan plot twist yang mengejutkan. Film ini terinspirasi dari novel terkenal Agatha Christie, “And Then There Were None”, tetapi memiliki pendekatan yang lebih modern dan gelap dalam menggambarkan konflik batin manusia.
Sinopsis
Film ini dibuka dengan latar cerita di sebuah pengadilan di mana seorang pembunuh berantai bernama Malcolm Rivers sedang menunggu keputusan apakah ia akan dihukum mati atau tidak, berdasarkan hasil evaluasi psikologis yang dilakukan pada malam itu. Psikolognya mengklaim bahwa Rivers menderita gangguan kepribadian ganda dan tidak bertanggung jawab secara hukum atas kejahatan yang telah dilakukan.
Sementara itu, cerita beralih ke 10 orang asing yang terjebak di sebuah motel terpencil di tengah badai hujan deras. Orang-orang tersebut terdiri dari: seorang mantan polisi (Ed), seorang aktris yang sedang meredup (Caroline), seorang petugas penjara yang membawa seorang narapidana (Rhodes), sepasang suami istri (George dan Alice York), seorang wanita yang sedang hamil (Paris), pasangan muda (Lou dan Ginny), serta manajer motel (Larry). Tidak satu pun dari mereka tampaknya memiliki hubungan satu sama lain, dan semua berada di motel karena keadaan yang tak terduga.
Seiring waktu, hal-hal mulai berubah menjadi semakin aneh ketika mereka menyadari bahwa satu per satu dari mereka mulai terbunuh secara misterius. Dalam kekacauan dan ketakutan, mereka mencoba mencari tahu siapa pembunuh di antara mereka. Hal ini membangun ketegangan yang intens, karena pembunuhan berlangsung tanpa pola yang jelas, dan setiap orang mulai curiga terhadap satu sama lain. Namun, misteri sebenarnya mulai terungkap ketika identitas mereka diselidiki.
Tema Utama
Tema utama dari “Identity” adalah tentang gangguan kepribadian ganda atau Dissociative Identity Disorder (DID). Di akhir film, terungkap bahwa semua 10 orang di motel tersebut sebenarnya adalah kepribadian yang berbeda dari satu orang yang sama, yaitu Malcolm Rivers. Rivers menderita DID, dan keseluruhan peristiwa yang terjadi di motel hanyalah representasi mental dari pertarungan internal di dalam pikirannya. Setiap karakter mewakili satu identitas yang terpisah, dan masing-masing mulai ‘dibunuh’ satu per satu, sebagai bagian dari upaya psikologis untuk mengeliminasi kepribadian yang bermasalah, sehingga hanya satu identitas yang tersisa.
Analisis Karakter
Setiap karakter di motel adalah representasi dari aspek tertentu dalam diri Malcolm Rivers:
- Ed Dakota: mantan polisi yang mencoba melindungi semua orang, bisa dilihat sebagai representasi dari identitas Malcolm yang mencoba untuk memulihkan kendali.
- Larry Washington: manajer motel yang tidak jujur, bisa diartikan sebagai perwujudan dari sifat-sifat negatif Malcolm.
- Rhodes: petugas penjara yang ternyata seorang penjahat yang menyamar, menggambarkan konflik internal antara kepribadian yang tampak benar tetapi sebenarnya rusak.
- Paris Nevada: wanita hamil yang ingin memulai hidup baru, mewakili keinginan Malcolm untuk bebas dari masa lalunya yang gelap.
Kutipan (konsep Psikologi)
1. “Who am I? Where am I?”
Makna psikologis ini mengacu pada krisis identitas yang sering dialami oleh penderita gangguan kepribadian. Dalam konteks psikologi, hal ini berkaitan dengan disorientasi dan depersonalisasi, di mana seseorang merasa terlepas dari dirinya sendiri atau kehilangan sense of self. Dalam gangguan kepribadian ganda, individu bisa kehilangan kesadaran akan identitas mereka yang sebenarnya
2. “We can’t change what we are.”
Makna psikologis ini menggambarkan perasaan putus asa atau tak berdaya yang sering dialami oleh seseorang dengan masalah mental. Dalam kasus Malcolm Rivers, karakter ini menunjukkan kesadaran yang terbatas bahwa dia tidak memiliki kontrol atas kepribadian yang berbeda dalam dirinya. Hal ini menggambarkan determinisme psikologis, di mana orang merasa bahwa perilaku atau kondisi mental mereka tidak dapat diubah.
3. “Things are not what they seem.”
Makna psikologis ini mewakili realitas yang terdistorsi dan pengaburan antara kenyataan dan persepsi yang dialami oleh penderita gangguan mental (DID). Hal ini mencerminkan ilusi atau distorsi kognitif, di mana pikiran seseorang bisa menciptakan realitas yang tidak sesuai dengan kenyataan objektif, seringkali sebagai bentuk pertahanan dari trauma atau stres.
Semua kutipan ini memperkuat unsur misteri dan ketegangan yang mengikat keseluruhan narasi film, dan juga memperlihatkan konflik psikologis yang dialami oleh karakter utama, Malcolm Rivers, melalui proyeksi kepribadian di motel tersebut.
Pengaruh dan Gaya Penyutradaraan
James Mangold menggunakan atmosfer yang mencekam dan penuh ketidakpastian untuk memperkuat suasana misterius di sepanjang film. Gaya penyutradaraan yang ia gunakan membuat penonton terus bertanya-tanya tentang kebenaran di balik peristiwa-peristiwa yang terjadi, dengan ritme cerita yang cepat dan intens.
Penataan ruang dalam motel yang terbatas memberikan rasa terjebak dan intensitas psikologis yang sangat efektif. Penonton ditempatkan dalam situasi di mana ruang dan waktu terasa menyempit, menciptakan rasa klaustrofobia (kecemasan dan ketakutan terhadap ruang tertutup), sama seperti kepribadian yang bertabrakan dalam satu pikiran yang terjebak.
Twist dan Klimaks
Klimaks film terjadi ketika terungkap bahwa pembunuhan di motel hanyalah manifestasi mental dalam pikiran Malcolm Rivers. Namun, twist sesungguhnya terjadi di akhir film, saat terlihat bahwa satu kepribadian yang tersisa setelah proses eliminasi (anak kecil bernama Timmy) ternyata adalah kepribadian yang paling jahat. Timmy, yang tidak disangka-sangka sebagai pelakunya, membunuh kepribadian lain dan akhirnya mengontrol tubuh Malcolm di dunia nyata, membawa cerita ini ke kesimpulan yang mengejutkan dan tragis.
Kesimpulan
Identity adalah film yang bermain dengan konsep identitas dan gangguan mental dengan cara yang tidak biasa. Ini memaksa penonton untuk merenungkan tentang konsep kepribadian dan pertanggung jawaban individu dengan cara yang mengejutkan dan mendalam. Film ini menonjol bukan hanya karena plot twist-nya yang tak terduga, tetapi juga karena eksplorasi psikologisnya yang kompleks tentang bagaimana trauma dan penyakit mental dapat memengaruhi kesadaran manusia. Selain itu, Film ini dengan cerdik mengelola perspektif penonton untuk mempercayai bahwa pembunuhan di motel adalah nyata, hingga akhirnya mengungkapkan bahwa ini hanyalah konstruksi mental dari penderita DID. Pemecahan identitas secara simbolis melalui pembunuhan menggambarkan proses terapeutik yang berusaha mengintegrasikan identitas-identitas yang terpecah. Film ini bisa di tonton melalui netflix, vidio, prime video dan lain-lain.
Penulis: Yoranda Ariella