Riuhnya Ancaman dibalik Kostum Keamanan, Hari Anti Kekerasan Polisi disuarakan

Bagikan

 

Alam Tara News – (17/12/24) – Polisi yang seharusnya memberikan rasa aman, justru menimbulkan banyak ketakutan melalui aksi kekerasan terhadap warga sipil. Meningkatnya angka korban akibat kekerasan menimbulkan tanda tanya besar terkait peran aparat keamanan khususnya di Indonesia. Dengan ini, masyarakat Indonesia tentunya beranggapan bahwa Polisi merupakan pengayom dan pelindung masyarakat adalah suatu kebohongan. 

 

Berdasarkan laporan dari Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), dalam periode Juli 2023 hingga Juni 2024, telah terjadi 645 kasus kekerasan yang melibatkan anggota Polri. Dari ratusan kasus tersebut, tercatat 759 korban luka-luka dan 38 korban meninggal dunia. Angka ini menegaskan bahwa tindakan represif aparat keamanan terhadap masyarakat sipil bukanlah peristiwa yang jarang terjadi, melainkan suatu fenomena yang terus berulang dari tahun ke tahun. 

 

Sumber: TIM Media “Parade Anti Kekerasan Polisi Surabaya”

Menanggapi situasi ini, Parade Anti Kekerasan Polisi digelar pada bulan Desember sebagai bentuk perlawanan dan seruan kepada publik agar tidak melupakan kekerasan aparat. Tanggal 13 Desember ditetapkan sebagai Hari Anti Kekerasan Polisi untuk merawat ingatan kolektif mengenai berbagai tindakan represif yang masih sering terjadi. Aksi ini bertujuan sebagai pengingat bahwa kasus kekerasan yang dilakukan oleh aparat terhadap warga sipil adalah persoalan serius yang belum menemukan titik penyelesaian.  

Daniel Adi Wilaga selaku salah satu bagian dari para organizer parade ini mengungkapkan jika apa yang dilakukan oleh polisi ini merupakan bom waktu yang bisa saja akan meledak. Karena kemarahan masyarakat terhadap tindakan yang dilakukan oleh polisi yang bertindak seenaknya jidat akan segera berada di puncaknya.

Sumber: TIM Media “Parade Anti Kekerasan Polisi Surabaya”

Berbagai situasi di akhir-akhir ini yang kurang menguntungkan bagi pihak kepolisian, di mana kekerasan terus terjadi dan melibatkan institusi yang sama. Maka, bisa jadi puncak kemarahan masyarakat tinggal menunggu waktu saja. Bahkan pada parade ini, rakyat mendesak untuk tidak perlu memberikan anggaran yang besar kepada Polri. Karena anggaran itu juga yang akan menjadi peluru yang menyasar kembali kepada rakyat.

 

Penulis: Januar Junior, Erfina Shakila, dan Zahra Rizq Verdylia

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.