Kata Orang, Kegagalan Adalah Momen Belajar. Tapi, Kok Bisa?

Orang sering menyebut kegagalan sebagai momen pembelajaran—rintangan yang diperlukan agar kita dapat berkembang. Namun, belajar dari kesalahan tidak selalu mudah, terutama ketika kegagalan menurunkan semangat, membebani pikiran, membingungkan, atau bahkan memalukan. Nyatanya, kegagalan itu menyakitkan. Saat mengalaminya, otak sering kali berhenti memproses informasi baru, yang pada akhirnya dapat menghambat kemampuan untuk belajar.
Lalu bagaimana proses mengubah kegagalan menjadi keterampilan?
Bagi pemula, mendapatkan pujian bisa menjadi motivasi untuk terus berkembang. Sementara bagi mereka yang sudah lebih berpengalaman, umpan balik kritis lebih dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan secara efisien. Terlalu terpaku pada kegagalan dapat membuat seseorang lupa akan semua kesuksesan yang telah diraih. Oleh karena itu, mengembangkan hal-hal yang sudah benar bisa menjadi pendekatan yang lebih efektif.
- Menerima Kegagalan
Proses penerimaan terjadi melalui 5 Stages of Grief (lima tahap kesedihan):
- Denial (Penyangkalan) – Untuk sementara waktu, seseorang mungkin menolak kenyataan sebagai mekanisme perlindungan terhadap pikiran negatif dan konsekuensi kegagalan.
- Anger (Kemarahan) – Rasa marah dan kesal sering muncul, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Kemarahan ini menjadi cara untuk mengurangi rasa sakit dan menciptakan ilusi kontrol atas situasi.
- Bargaining (Tawar-menawar) – Upaya untuk mendapatkan kembali kendali dengan mencari cara untuk membalikkan keadaan, meskipun situasi tersebut sudah tidak dapat diubah lagi.
- Depression (Depresi) – Saat kegagalan mulai terasa sepenuhnya, muncul perasaan sedih dan putus asa. Namun, ketika kenyataan mulai diterima, proses penyembuhan dapat dimulai.
- Acceptance (Penerimaan) – Tahap di mana seseorang menerima kegagalan yang telah terjadi. Ini bukan berarti melupakan kegagalan, tetapi menemukan cara untuk mengintegrasikannya ke dalam kehidupan dan melanjutkan perjalanan ke depan.
- Hadapi Kegagalan
- Fokus pada proses, bukan hanya hasil akhir.
Hargai usaha dan kerja keras yang telah kamu lakukan. Setiap langkah yang diambil adalah bagian dari perjalanan menuju keberhasilan. - Ambil tanggung jawab.
Akui kesalahan yang terjadi, pahami di mana letak kesalahan tersebut, dan pelajari bagaimana menghindarinya di masa depan. Jangan menyalahkan orang lain atas kegagalanmu. - Fokus pada diri sendiri.
Jangan terlalu memikirkan pandangan orang lain terhadap kegagalanmu. Hindari membandingkan dirimu dengan orang lain, terutama berdasarkan hal-hal yang hanya terlihat di media sosial, yang sering kali menampilkan versi terbaik dari kehidupan seseorang. Fokuslah pada kualitas diri, kerja keras, dan perjalananmu sendiri. - Jaga keseimbangan.
Temukan keseimbangan dalam dirimu untuk memahami dengan jelas apa yang harus dipelajari dari kegagalan, sehingga kamu dapat tumbuh dan berkembang secara lebih baik.
Referensi
https://youtu.be/Xmvpx1kIEBQ?si=w1yhFISTAslYdz9W
https://youtu.be/eBz7iUJu9UM?si=thgf6IrI1MRuMKJb
https://youtu.be/Zk7pOnUPL74?si=iKSjmbAkZmYzJFL6
Penulis: Refa Nur Hidayah