Bersinggungan dengan TikTok; Pelepas Penat atau Pemicu Brain Rot?

Bagikan

Sumber: Pinterest

Sudah tidak asing lagi bukan dengan apa itu TikTok? Tiktok adalah sebuah platform media sosial berbasis video pendek yang memungkinkan penggunanya untuk mengekspresikan diri, menuangkan ide kreatif, hiburan, maupun edukasi. Popularitasnya sudah merambah diberbagai kalangan usia, mulai dari anak kecil, remaja, dewasa awal, hingga dewasa akhir. Maraknya tren aplikasi ini menyebabkan terciptanya fenomena sosial baru yang memengaruhi gaya hidup, budaya populer, hingga pola konsumsi informasi masyarakat, khususnya generasi muda. Bahkan tidak sedikit yang menjadi kecanduan untuk terus menerus menggunakannya, yang paling sering terlihat yaitu scrolling. Scrolling TikTok memang mempunyai manfaat—katanya, salah satunya bisa menjadi sarana pelepas penat. Namun, apakah benar scrolling TikTok secara terus menerus bisa menjadi sarana pelepas penat? 

Saat ini scrolling Tiktok merupakan aktivitas harian yang “harus” dilakukan setiap orang. Di era ini mungkin orang yang tidak menggunakan aplikasi tersebut bisa dianggap aneh atau ketinggalan zaman. Oleh sebab itu, orang-orang rela meluangkan banyak waktunya hanya untuk scroll TikTok, sebelum tidur scroll, saat makan scroll, atau setiap saat dalam hidupnya pun digunakan untuk scroll, jika satu hari saja tidak scroll maka ada yang kurang, mereka berpikir dengan scrolling TikTok itu dapat melepas penat setelah seharian bekerja, padahal ada banyak sekali cara yang dapat dilakukan untuk melepas penat seperti dengan tidur, me time, atau quality time bersama keluarga. 

Menurut saya scrolling TikTok secara terus menerus justru dapat menyebabkan rasa penat yang berlebihan, rasa malas, dan mudah FOMO, karena otak kita mengkonsumsi setiap konten yang masuk dalam beranda kita, entah itu konten positif atau negatif. Maka dari itu, scrolling TikTok secara berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan Brain Rot atau penurunan kemampuan kognitif. 

Istilah brain rot mulai menjadi populer akhir-akhir ini, meningkat sebesar 230% dari tahun 2023 ke 2024. Kepopulerannya berawal dari platform media sosial TikTok. Namun, seiring waktu, istilah brain rot menjadi lebih umum digunakan, bahkan di media arus utama. Menurut Psikolog IPB University, Nur Islamiah, M.Psi., PhD mengatakan bahwa Brain rot merupakan penurunan kemampuan berpikir dan kelelahan mental yang dialami seseorang, terutama remaja dan dewasa muda. Keadaan ini terjadi akibat terlalu sering terpapar konten digital berkualitas rendah, terutama dari media sosial. Ia menjelaskan bahwa remaja yang terlalu sering mengakses konten instan, seperti video pendek di TikTok atau Instagram Reels, biasanya mengalami kesulitan dalam mempertahankan fokus pada tugas yang lebih kompleks dan membutuhkan waktu lama untuk dipahami. Dilansir dari situs Newport Institute, scrolling media sosial menghasilkan dopamin neurokimia yang menyebabkan perasaan senang dan puas. Semakin diteruskan, itu akan menimbulkan adiksi atau kecanduan. Seseorang jadi terus ingin melakukannya.Jadi, karena efek kesenangan itu, otak akan mengaitkannya dengan kepuasan sehingga menimbulkan perilaku kecanduan. Sayangnya, efek adiksi ini kemudian berisiko menyebabkan terjadinya brain rot atau kemerosotan kondisi mental dan intelektual pada seseorang.

Jadi kesimpulannya, scrolling TikTok secara terus menerus akan menyebabkan rasa penat yang berlebihan, malas, FOMO, bahkan brain rot atau penurunan kemampuan kognitif. Saat kita lelah, capek, atau penat sebaiknya kita dapat menggunakan me time, quality time, atau tidur yang cukup sebagai alternatif untuk mengurangi rasa penat tersebut. 

Penulis: Siti Aisyah

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.