Bedah Lagu “Seoul City” by Jennie

Seoul City – JENNIE
“Seoul City” adalah lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi dan rapper Korea Selatan, Jennie. Lagu ini dirilis melalui Odd Atelier dan Columbia Records pada 7 Maret 2025, sebagai salah satu lagu dalam album studio debutnya, Ruby (2025). Video musik yang menyertainya disutradarai oleh Dasom Han dan diunggah di kanal YouTube Jennie pada 26 April.
Lagu ini telah digambarkan sebagai “mellow” surat cinta untuk Seoul yang menghormati kehangatan kota tersebut dan hubungan Jennie dengannya. Lagu ini merayakan pesona magis kota tersebut dan menghormatinya sebagai tempat paling berharga di hati penyanyi. Selama penampilannya di You Quiz on the Block, Jennie menjelaskan makna “Seoul City“, “Ketika saya memikirkan pertanyaan yang diajukan teman-teman saya, ‘Kota mana di dunia yang bisa disebut surga?’, saya merasa pasti akan pulang ke Seoul”. Produksi lagu ini dikenal memiliki “vibe khas Atlanta dari Mike Will Made It” yang menggabungkan synth yang misterius, groove bass yang dalam, dan efek vokal bertumpuk untuk menciptakan efek hipnotis dan sinematik. Serupa dengan itu, lagu ini digambarkan sebagai lagu dengan tempo yang lebih lambat, menampilkan synth sinematik dan tonality bertumpuk serta falsetto yang misterius yang mirip dengan lagu Jennie “One of the Girls” (2023).
Lagu “Seoul City” menampilkan perpaduan antara keintiman emosional, sensualitas, dan ikatan identitas dengan kota yang menjadi latar bagi narator. Banyak orang menganggap lagu ini sekadar “ode untuk Seoul”, tetapi jika diperhatikan, fokus utamanya justru pada hubungan yang digambarkan melalui permintaan akan kedekatan fisik dan perhatian. Kota Seoul di sini tidak hanya muncul sebagai lokasi geografis, tetapi sebagai metafora bagi ruang emosional tempat narator merasa kuat, diinginkan, dan sepenuhnya menjadi dirinya sendiri. Permintaan-permintaan eksplisit dalam lirik “Give me hug, need your love, touch my thigh” menunjukkan bahwa tokoh dalam lagu bukan figur pasif yang dirundung rindu, melainkan seseorang yang dengan sadar mengekspresikan kebutuhannya dan mengendalikan dinamika keintiman. Teknik vokal yang lembut ditambah beat yang ‘mengambang’ memberi kesan ruang privat di tengah kebisingan kota — intimitas yang terasa terisolasi namun juga dipamerkan. Produksi memberi “ruang” agar lirik sensual terasa lebih ‘puitis’ daripada vulgar. Dalam konteks itu, Seoul berfungsi sebagai panggung yang memperbesar intensitas hubungan, seolah lampu kota dan suasana malam menjadi cermin bagi kerinduan sekaligus keberanian untuk menuntut perlakuan yang layak.
Jika diasumsikan bahwa lagu ini semata-mata tentang romansa, kita melewatkan lapisan identitas yang terkandung di dalamnya. Seoul dapat dibaca sebagai simbol rumah, akar budaya, atau bahkan versi diri yang paling autentik, sebuah tempat batin yang hanya dapat diakses bersama orang yang benar-benar dipilih. Sebaliknya, jika dianggap hanya tentang kebanggaan terhadap kota, kita juga mengabaikan nuansa sensual yang sangat jelas membentuk inti lagu. Justru ketegangan antara kedua lapisan ini, keintiman personal dan keterikatan pada kota yang membuat maknanya kaya. Lagu ini memotret bagaimana ruang fisik (kota) sering menjadi ekstensi dari ruang batin seseorang, dan bagaimana hubungan romantis yang intens dapat menyatu dengan lanskap tempat seseorang tumbuh dan menemukan jati dirinya. Hasilnya adalah narasi yang tidak hanya berbicara tentang rindu atau cinta, tetapi juga tentang klaim terhadap identitas, kontrol, dan ruang emosional yang ingin dijaga tetap utuh.
Penulis: Athifah Hasna Azzahra
